Cerita Misteri Sungai Yeh Panahan di Tabanan, Lokasi Siswa Tenggelam Ternyata Tempat Nganyud

Lokasi kejadian siswa kelas VII MTs Al Amin tenggelam itu diberi nama oleh warga setempat Tibu Pengerarungan atau tempat menghayutkan tulang manusia

Tribun Bali / I Made Prasetia Aryawan
Suasana di Tibu Pengerarungan atau Sungai Yeh Panahan, Banjar Pangkung Prabu, Desa Delod Peken, Tabanan, Bali, Jumat (3/1/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Selain pengerarungan, lokasi itu juga kerap digunakan untuk berbagai acara keagamaan seperti mecolongan atau upacara untuk bayi yang baru berumur 42 hari.

Suasana Sungai Yeh Panahan di Banjar Pangkung Prabu, Desa Delod Peken, Tabanan, Bali atau tempat tenggelamnya siswa bernama Dinas Sihabudin (13) tampak hening, Jumat (3/1/2019). 

Alat bantu berupa bambu yang digunakan untuk evakuasi jenazah Dimas, Kamis (2/1/2019) masih ada di sana.

Dulu sepanjang aliran Sungai Yeh Panahan merupakan tempat mandi warga setempat.

Namun, seiring waktu berjalan terutama setelah dibangun perumahan dekat kawasan itu, warga tak lagi mandi di sungai ini.

Ayah & Ibu di Tabanan Histeris Melihat Jasad Anaknya, Ini Kronologi Siswa Tenggelam di Yeh Panahan

Lambaian Tangan Dimas di Sungai Yeh Panahan Jadi Pertanda Terakhir, Firasat Telah Dirasa Sejak Awal

Sang Ibu Terus Memanggil Nama Anaknya yang Telah Dimasukkan ke Mobil Jenazah

Jro Mangku setempat yang dikenal dengan nama Jro Mangku Ulu menuturkan, lokasi kejadian siswa kelas VII MTs Al Amin tenggelam itu diberi nama oleh warga setempat Tibu Pengerarungan atau tempat menghayutkan tulang manusia setelah prosesi pengabenan.

Selain pengerarungan, lokasi itu juga kerap digunakan untuk berbagai acara keagamaan seperti mecolongan atau upacara untuk bayi yang baru berumur 42 hari.

"Di sana (TKP) namanya Tibu Pengerarungan atau biasa untuk menghanyutkan abu (tulang manusia) seusai proses ngaben di setra," tutur Jro Mangku Ulu, Jumat (3/1/2019).

Pemilik nama lengkap I Gede Nengah Rangkep Dhusak ini melanjutkan, kawasan tersebut memang disucikan oleh warga setempat.

Selain digunakan sebagai tempat upacara, juga ada Beji  berbentuk bulakan.

Warga yang akan melakukan upacara di Tibu Pengerarungan pasti memohon restu dengan meminta tirta di Beji tersebut.

"Lokasi di Tibu Pengerangunan ini, secara umat Hindu memang kami sucikan. Selain itu, tempat ini kerap digunakan untuk beberapa prosesi upacara keagamaan," ucap Jro Mangku yang kini berusia 68 tahun.

Mengenai hal mistis di TKP, Jro Mangku mengatakan, lokasi kejadian itu ada yang menjaga.

Sebutan beliau adalah Ida Ratu Gede Sedan Pengerarungan, Ratu Mas dan Ratu Niang Sakti. Ketiganya merupakan penjaga lokasi tersebut.

"Secara niskala saya tidak tahu pasti, dan yang jelas saya juga belum pernah melihat secara langsung. Namun, rasa itu selalu ada (merasakan keberadaan beliau) dan saya mengetahui pesengan (nama) beliau," ujar Jro Mangku sembari mengucapkan doa meminta maaf telah menyebut nama beliau.

Jro Mangku Ulu mendapat cerita pengalaman warga yang memancing di TKP.

Mereka mengaku pernah melihat sosok wanita cantik dengan rambut panjang terurai.

Ada juga sosok nak lingsir (orang yang sudah tua).

"Cerita dari pemancing seperti itu. Jika saya pribadi di mimpi sering melihat beliau. Bahkan sudah beberapa kali bertemu namun di mimpi saja. Seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut terurai bahkan sampai ke tanah," tuturnya sembari menyatakan ada tiga penjaga yang memiliki kewenangan di lokasi tersebut.

Jro Mangku Ulu mengaku belum tahu proses selanjutnya karena masih dikoordinasikan pihak adat setempat.

Namun, setiap peristiwa yang menimbulkan korban jiwa pasti melewati upacara penebusan.

"Saya belum mengetahui bagaimana kelanjutannya. Apakah itu nanti mecaru atau bagaimana mungkin masih koordinasi di adat," tandasnya.

Seperti diwartakan kemarin, Ni Putu Juliasih menangis histeris saat melihat jasad anaknya Dimas Sihabudin (13).

Siswa MTS Al-Amin tewas tenggelam saat mandi di Sungai Yeh Panahan, Banjar Pangkung Prabu, Desa Delod Peken, Kabupaten Tabanan, Kamis (2/1).

Dimas ditemukan di dasar sungai  pada kedalaman sekitar lima meter.

Juliasih terus memanggil nama anaknya Dimas sembari menangis. 

Ia tampak syok.

"Dimas...Dimas...Dimas..," kata Ni Putu Juliasih saat dibopong dua petugas menuju mobil ambulans. Ayah korban, Sutarman juga tak kuasa menahan air mata. Dia  sangat terpukul menghadapi  peristiwa tersebut.  (*)

Langganan berita pilihan tribun-bali.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/TribunBaliTerkini

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved