Pemkab Klungkung Tidak Alokasikan Anggaran Untuk Perawatan Pompa Bantuan Jepang

Pemkab Klungkung Tidak Alokasikan Anggaran Untuk Perawatan Pompa Bantuan Jepang, Subak Semaagung Diharapakan Mandiri Rawat Pompa Bantuan Jepang

Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Foto : Dua mesin pompa air bantuan Jepang, yang dihibahkan ke Petani di Subak Semaagung, Desa Tusan, Banjarangkan, Kamis (9/1/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA -Petani di Subak Semaagung, Desa Tusan, Banjarangkan, Klungkung, Bali, menerima bantuan dua mesin pompa bertenaga surya, untuk mengatasi masalah irigasi di wilayah mereka.

Hanya saja Pemkab Klungkung ternyata tidak mengalokasikan anggaran khusus, untuk perawatan mesin hibah dari Pemerintah Kota Toyama Jepang tersebut.

Kadis Pertanian Klungkung, Ida Bagus Juanida menjelaskan, perawatan mesin pompa bertenaga matahari tersebut diupayakan oleh pihak subak karena Pemkab tidak menggangarkan biaya perawatan.

"Kami berharap pihak subak yang siap lakukan pemeliharaan. Misal komponen yang perlu perawatan rutin seperti aki dan alat-alat lainnya," ujar Ida Bagus Juanida, Kamis (8/1/2020).

Operasi Gabungan di Jembrana, 24 Pengendara Ditilang

Ini 6 Zodiak yang Suka Mengakali Orang Lain, Apakah Kamu Termasuk ?

Anggota Komisi II DPRD Klungkung Soroti Ini,Jalur Hijau di Pesisir Nusa Penida Jangan Sebatas Hiasan

Menurutnya selama ini subak mendapat beberapa bantuan anggaran untuk aktivitas mereka, termasuk dari BKK (Bantuan Keuangan Khusus) dari Pemprov Bali yang bisa dimanfaatkan untuk pemeliharaan pompa air tersebut.

" Dibandingkan operasional pompa bantuan Pemkab terdahulu yang sangat tinggi. Saya kira Subak masih mampu melakukan pemeliharaan untuk pompa ini," jelas Juanida.

Pihaknya pun berharap kedepan Subak bisa lebih mandiri, serta bisa mengelola sendiri bantuan yang diterimanya.

Sebelumanya, Wabup Klungkung, I Made Kasta mewanti, agar ada pendampingan yang berkelanjutan ke petani terkait bantuan pompa air bertenaga surya yang diberikan Kota Toyama Jepang.

Hal ini lantaran pihaknya tidak ingin alat senilai Rp 1,2 milar itu terbengkalai, setelah diserahkan ke petani.

" Ini kan mesin. Bagaimana pengoperasiannya, perawatannya, dan sebagainya harus dipertimbangkan. Jangan sampai ada kendala, tapi petani tidak bisa membenahinya. Intinya alat ini harus berfungsi secara berkelanjutan," ungkap Wabup Klungkung, I Made Kasta. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved