Puluhan Hektare Cabai di Karangasem Diserang Virus Kuning, Petani Gagal Panen Sejak Awal 2020
Petani cabai rawit di Karangasem mengeluh lantaran gagal panen hingga puluhan hektare
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Irma Budiarti
Cuaca buruk dengan curah hujan tinggi dan tak menentu membuat puluhan hektare tanaman cabai rusak dan membusuk sebelum panen.
Petani tidak mengerti dengan kondisi tanaman cabai tersebut.
“Rata-rata tanaman rusak. Buahnya tiba-tiba membusuk. Apa penyebabnya saya tidak tahu. Apa dikarenakan pergantian musim atau kurang pupuk saya nggak tahu," ungkap Ni Wayan Sadi, petani asal Selat.
Kabid Holikultura, Dinas Pertanian Karangasem, Putu Suarjana membenarkan, banyak cabai rusak dan busuk.
• Tower Telkomsel di Desa Kayubihi Bangli Disatroni Maling
• Selain Tugas Rumah Tangga, 9 Masalah Sepele Ini Bisa Jadi Penyebab Pertengkaran dengan Pasangan
Kerusakan itu dipicu karena pohon terserang virus kuning.
Biasanya virus ini muncul saat cuaca berubah.
Seperti sekarang cuaca hujan, tiba-tiba berubah panas, begitu juga sebaliknya.
“Tanaman yang diserang virus rata-rata sudah beberapa kali panen, dan menghasilkan. Tanaman yang diserang sudah tua. Dari produktivitas tak ada kendala. Tanaman cabai sudah peralihan ke tanaman padi. Kerugiannya tak begitu banyak,” kata Suarjana.
Menurutnya, lahan cabai yang diserang virus kuning mencapai puluhan hektare.
Rinciannya di Kecamatan Selat sekitar 2 hektare, Sidemen 22 hektare, dan di Bungaya sebanyak 2 hektare lebih.
Ada beberapa petani yang masih membiarkan tanaman karena harga cabai msih cukup mahal.
Untuk diketahui, harga cabai di petani per kilogram sekitar Rp 40 ribu.
Sedangkan harga di tingkat pedagang pasar berkisar Rp 60 ribu per kg.
Sayangnya, permintaan cabai sekarang mengalami penurunan karena harga masih mahal.
(*)