Atasi Lonjakan Harga Cabai di Jembrana Dengan Melapot
Harga cabai di Pasar Umum Negara melambung hingga Rp 60 per kilogram, Atasi lonjakan harga cabai di Jembrana dengan melapot
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Per 1 hektare, paling tidak menghasilkan 10 hingga 15 ton.
Beberapa daerah penghasil cabai terbesar itu di Banjar Air Anakan Banyubiru dan di kebun petani kawasan Tegal Badeng Barat.
"Kalau petani Jembrana paling tidak bisa menghasilkan 10 hingga 15 ton," paparnya.
Hanya saja, hasil dari lahan seluas 8 hektare itu tidak sekaligus memanen setiap tahunnya.
Bahkan, ada pula yang tidak dijual di Jembrana, melainkan dijual di Jawa.
Dan mengenai distribusi penjualan itu, pihaknya tidak memiliki kewenangan tentang hal tersebut.
"Kalau penjualan memang sendiri-sendiri petani. Tapi informasinya ada yang dijual ke Jawa," ungkapnya.
Dari data yang dihimpun di Pasar Umum Negara beberapa waktu lalu, kenaikan cabai merah kecil mencapai Rp 5 ribu.
Dari harga awal Rp 55 ribu kini menjadi Rp 60 ribu.
Kemudian, naik bawang merah dari Rp 9 ribu menjadi Rp 12 ribu.
Untuk beras rata-rata naik Rp 700 baik beras biasa hingga premium.
Rata-rata harga beras berkisar dari Rp 9.400 hingga Rp 10.800.
Selain harga cabai, petani juga mulai cemas dengan serangan hama terhadap tanaman cabai.
Sekitar satu hektare lahan petani diserang hama.
Salah seorang petani asal Dusun Pangkung Lip-Lip Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Gusti Putu Wiarti mengatakan, bahwa pertumbuhan cabenya kurang maksimal.
Sebab, jelang tanaman akan mulai berbunga justru mengalami banyak gangguan.
Ia menduga diserang hama.
Itu terlihat dengan rumpun pada pucuk-pucuk daunnya mengalami keriting.
Kemudian, hama berupa kupu-kupu hitam yang selalu bermarkas pada bawah daun dan dahan-dahan pohon.
"Sekitar umur satu bulan pertumbuhannya sangat bagus bahkan terlihat cukup subur," ucapnya, Senin (13/1/2020) lalu. (*).