Imlek di Bali
Kongco Dwipayana Tanah Kilap Sebagai Cikal Bakal Barongsai di Bali, Rampung Dibangun Tahun 1999
Kongco Dwipayana Tanah Kilap Sebagai Cikal Bakal Barongsai di Bali, Rampung Dibangun Tahun 1999
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa, hujan diyakini sebagai lambang kesejahteraan.
"Hujan secara logika kan air yang membawa berkah yang jadi lambang kesejahteraan. Kalau sudah sejahtera pasti bahagia," kata Adnyana
Selain itu ada berbagai pernak pernik Imlek seperti tebu yang jadi simbol penuntun agar seseorang berjalan di jalan yang benar.
"Kalau ang pao itu diberikan oleh yang lebih tua kepada yang muda. Ini sudah tradisi Chinese yang merupakan simbol suatu ikatan supaya tidak lupa berbakti pada orang tua," katanya.
Sementara itu, salah satu warga yang merayakan Imlek, I Made Julio Saputra, mengatakan Imlek disebut Galungan China agar lebih akrab.
"Imlek di Bali juga sering disebut Galungan Cina. Mungkin biar lebih akrab, daripada kata Imlek yang sedikit asing di telinga kita,” kata Julio.
Sebagaimana kebiasaan di desanya, yaitu Desa Baturiti, Tabanan, warga Hindu yang ada di sana akan membantu warga keturunan untuk mempersiapkan penyambutan Hari Raya Imlek.
Sebaliknya, nantinya warga keturunan juga akan melaksanakan tradisi ngejot (berbagi) kepada warga atau tetangga yang beragama Hindu di sana.
Adapun jotan tersebut berupa makanan seperti kue, sayur, dan makanan khas Tionghoa lainnya.
Bahkan, ia mengatakan sering mendengar perkataan warga di sana, “Kapan Galungan China?”
Menurut Julio, yang ia dapatkan dari penuturan engkongnya, beberapa makanan maupun pernak-pernik Imlek memiliki makna dan arti yang mendalam.
"Jeruk Mandarin kata engkong merupakan simbol kekayaan dalam kepercayaan dan budaya Cina, karena terlihat seperti bola-bola emas," kata Julio.
Mie panjang umur memiliki makna panjang umur bagi orang-orang Tionghoa.
Permen dan manisan itu bermakna sebagai harapan yang ingin dicapai tahun ini.
"Kalau kue keranjang harus selalu disusun bertingkat dan tinggi. Ini memiliki makna peningkatan rejeki dan kemakmuran bagi orang-orang Tionghoa. Kue ini juga dimakan sebelum makan nasi, sebagai penghargaan agar selalu beruntung dalam melakukan apapun," imbuh Julio.
Penjor tebu di pintu masuk memiliki makna keberuntungan dan simbol panjang umur, semakin banyak ruas tebunya semakin beruntung.
Angpao memiliki makna hadiah bagi anak-anak karena umur mereka bertambah.
Sedangkan lampion bermakna sebagai simbol kebahagiaan seseorang. (*)