Direktur BUGG Tidak Pungkiri Ada Penurunan Jumlah Wisatawan, Andalkan Pasar Domestik
Direktur BUGG Tidak Pungkiri Ada Penurunan Jumlah Wisata, Andalkan Pasar Domestik Untuk Gantikan Wisman Asal China
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Merebaknya virus corona tak hanya menyebabkan batalnya ajang Kintamani Chinese Festival.
Isu sebaran virus tersebut juga dikhawatirkan berdampak pada pariwisata, utamanya dari sisi tingkat kunjungan.
Hal ini tidak dipungkiri oleh Direktur Badan Pengelola Pariwisata Batur Unesco Global Geopark (BUGG), I Gede Wiwin Suyasa.
Ia mengatakan, penurunan tersebut tidak terlepas dari jumlah kedatangan wisman China di airport yang mengalami penurunan.
• Ditanyai Soal Kualitas Irfan Bachdim Saat Ini, Begini Jawaban Dari Coach Eko Pudjianto
• Denpasar Siang Ini Bakal Panas Menyengat, BMKG Prediksi Suhu di Bali Mencapai 33 Derajat Celcius
• Tulang Manusia Ditemukan di Buleleng, Akan Dikirim ke Lab Forensik Polda Bali
Begitu juga dengan hotel-hotel di wilayah Denpasar, Bali yang biasa menjadi tujuan wisman China, juga banyak yang dibatalkan.
Wiwin mengatakan pariwisata merupakan industri yang paling rentan isu, namun disisi yang sama pariwisata juga industri yang paling elastis.
“Sebesar apapun tekanan terhadap pariwisata, sepanjang destinasi itu memegang prinsip aman, nyaman, itu relative tidak terlalu parah (penurunan wisatawan),” ungkapnya.
Dengan isu virus corona yang kini berkembang, penurunan jumlah kunjungan wisatawan China hanya terjadi dalam periode tertentu.
Wiwin menilai berakhirnya isu tersebut akan timbul dua kemungkinan, yakni kembali normal atau bahkan tingkat kunjungan semakin besar.
Sedangkan mengenai jumlah kunjungan wisatawan ke Bangli,Bali Wiwin mengakui hingga saat ini jumlah masih cenderung masih stabil, yakni di angka 2200 orang per hari.
Jika mengacu dari pengalaman sebelumnya, seperti isu virus SARS hingga flu babi, Wiwin mengatakan memang harus ada antisipasi.
Sebab potensi penurunan jumlah wisatawan bisa terjadi selama dua hingga tiga bulan kedepan.
“Sekarang tinggal bagaimana upaya kita melakukan antisipasi. Kita tahu bahwa wisatawan China akan turun, mau tidak mau pasar yang pasti tidak akan turun adalah Domestik. Karenanya seluruh komponen pariwisata di Bali harus cepat-cepat melakukan promosi diri ke pasar Domestik,” ujarnya.
Wiwin lanjut menjelaskan, dari sisi moda transportasi wisatawan Eropa dan Australia lebih banyak datang secara individual.
Wisatawan india, lebih sering menggunakan minivan sekitar 12 hingga 15 orang.
Sedangkan yang datang secara grup menggunakan bus-bus besar, lebih dominan wisatawan asal China dan Domestik.
“Jadi kalau kita ingin mengganti pasar China yang datang secara grup, yang lebih cocok adalah wisatawan Domestik, atau Malaysia,” katanya.
Alasan mengapa pasar Domestik dinilai cocok, lanjut Wiwin lantaran bulan-bulan ini Pemda diluar Bali banyak yang hendak melakukan kunjungan kerja ke Bali.
Hal ini tidak terlepas dari rencana pengembangan Geopark baru di Indonesia.
Dimana dalam tiga tahun kedepan, ditargetkan ada 49 Geopark baru.
“Jadi pangsa pasar kita itu justru dari penjuru Indonesia. Karena sejak peraturan presiden tentang geopark ini terbit awal tahun 2019 lalu, hampir seluruh provinsi sekarang berlomba-lomba untuk melakukan research terhadap keunikan geologi mereka, keunikan budaya mereka, dan keunikan flora fauna mereka. Dalam hal ini hampir tiap bulan kita menerima update bahwa ada daerah yang ingin menjadi geopark,” ungkapnya.
“49 target geopark diluar dari yang sudah diaukui oleh Unesco. Diantaranya Batur, Gunung Sewu, Rinjani, Cilete di Jawa Barat, serta Toba. Dengan adanya rencana tersebut, kita targetkan jumlah kunjungan ke Kintamani meningkat. Kalau tahun lalu sekitar 350.000 pengunjung setahun, tahun ini kita target sekitar 500.000 pengunjung,” lanjutnya. (*)