Waspada Virus Corona di Bali
Berkaca dari Dampak Virus Corona, Bali Perlu Kembangkan Sektor Selain Pariwisata
pariwisata Bali sangat sensitif terhadap isu-isu penyakit, seperti virus corona sekarang ini, sehingga harus memiliki penyangga sumber ekonomi lain
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
Berkaca dari Dampak Virus Corona, Bali Perlu Kembangkan Sektor Selain Pariwisata
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Bali, Putu Astawa, mengatakan pariwisata Bali sangat sensitif terhadap isu-isu penyakit, seperti virus corona sekarang ini, sehingga harus disadari bahwa Bali harus memiliki penyangga sumber ekonomi lain, dan tidak hanya bergantung dari sektor pariwisata.
Menurutnya, sektor yang masih bisa dikembangkan di Bali saat ini adalah sektor pertanian dalam arti luas.
“Jangan ditinggalkan lah sektor pertanian dalam arti luas itu, dengan semua berbondong-bondong ke sektor pariwisata,” kata Astawa saat ditemui di ruang kerjanya, Denpasar, Bali, Rabu (29/1/2020).
Jadi harus ada keseimbangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Bali yang disusun dari sektor pariwisata, sektor pertanian dalam arti luas, maupun sektor ekonomi kreatif lainnya.
Keseimbangan sektor-sektor ini pun mesti dijaga, karena dengan adanya musibah penyakit virus corona yang terjadi belakangan ini, berdampak pada kunjungan wisatawan China ke Bali, maka Bali jangan sampai terlena bahwa ada sektor-sektor lain sebagai pembentuk PDRB.
• Sejak Merebak Virus Corona, Kunjungan Turis China ke Bali Turun, Kerugian Diprediksi Ratusan Juta
• China Kerahkan Robot Khusus di Wilayah Ini untuk Cegah Virus Corona, Lihat Vidionya Saat Bertugas
Selain itu, lanjut dia, Pemprov Bali sudah menerbitkan Pergub 99 tahun 2018 tentang pemanfaatan dan pemasaran produk pertanian, perikanan dan Industri lokal Bali, dan sudah mengundang pihak industri perhotelan, ITDC, Perindo, asosiasi catering untuk membentuk tim percepatan dan membuat skema-skema agar petani dan pelaku UMKM lebih diuntungkan.
Karena pihak hotel biasanya melakukan tunda bayar, sedangkan petani pasti kesulitan kalau ada tunda bayar.
“Sehingga bagaimana menyusun konsep agar petani bisa menerima cash. Ini perlu ada penghubung, mungkin bisa dibantu BPD Bali sebagai fasilitasi, mejembatani dan menghubungkan petani dan hotel agar tidak ada tunda bayar,” paparnya.
Pihaknya berharap terlepas dari kekurangan-kekurangan di sektor pertanian, seperti produknya musiman atau kualitas kurang bagus, pelaku pariwisata seperti hotel, restoran dan catering sedikit ‘dipaksa’ menyajikan produk pertanian lokal kepada turis yang datang ke Bali.
• Dispar Bali Akan Kumpulkan Pelaku Industri Pariwisata, Beri Informasi Terkait Penyakit Virus Corona
• Meski Terdampak Merebaknya Virus Corona, BI Optimis Ekonomi Bali Tetap Tumbuh, Bisa Gencarkan MICE
Di setiap kamar agar ada semacam paket buah-buahan berisi kerajinan kreatif yang include dengan tarif kamar hotel, sehingga otomatis akan bisa meningkatkan penyaluran dan pemasaran produk-produk pertanian itu.
“Konsep ini sudah jalan, cuman perlu diakselerasi lagi,” jelasnya.
Selanjutnya, Pemprov Bali akan menggandeng anak-anak milenial kreatif, yang bisa menghubungkan secara online antara petani dengan industri pariwisata untuk memasarkan produk-produk pertanian lokal.
“Semua yang berpotensi menjadi kekuatan untuk mempercepat program itu, kita ajak bekerja dalam tim akselerasi,” imbuhnya.
(*)