Kembali Lagi Ke Polda Bali, KRB Bawa Data Keluarga Hingga Tetangga Ibu AWK dari Tamblang Buleleng
Selain membawa bukti tambahan dan keterangan saksi, KRB juga mendatangkan tetangga ibu AWK yang tinggal di Tamblang, Buleleng, Bali.
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Komponen Rakyat Bali (KRB) kembali lagi ke Polda Bali untuk melengkapi laporan terhadap anggota DPD RI Arya Wedakarna (AWK), Selasa (4/2/2020).
Selain membawa bukti tambahan dan keterangan saksi, KRB juga mendatangkan tetangga ibu AWK yang tinggal di Tamblang, Buleleng, Bali.
"Iya saya sudah berikan semua data-data yang saya dapatkan dari perbekel, dan data-data tentang seluk beluk keluarganya (AWK), jadi kami serahkan saja ke pihak kepolisian soal ini," kata salah satu Kuasa Hukum KRB, Gede Agung Sanjaya Dwijaksara saat ditemui di Reskrimsus Polda Bali.
Bukti-bukti tersebut dibawa lantaran sebelumnya KRB juga mempersoalkan mengenai klaim AWK tentang Raja Majapahit Bali.
Pantauan Tribun Bali, hingga siang ini, Komponen Rakyat Bali yang terdiri dari Puskorhindunesia, Sandhi Murti, Cakrawahyu, dan masyarakat Klungkung, Bugbug, dan elemen masyarakat Bali lainnya masih menjalani pemeriksaan di Subdid V Reskrimsus Polda Bali.
Mereka datang mengenakan baju adat madya warna hitam.
Komponen Rakyat Bali yang terdiri dari Puskorhindunesia, Sandhi Murti, Cakrawayu, dan masyarakat Klungkung, Bugbug, dan elemen masyarakat Bali lainnya kembali mendatangi Polda Bali Selasa (4/2/2020).
Mereka membawa sejumlah berkas tentang seluk beluk keluarga AWK, semua tentang Raja Majapahit dan melengkapi bukti dugaan penodaan agama yang dituduhkan kepada AWK.
"Hari ini kami memenuhi panggilan kepolisian untuk datang lagi ke Polda Bali untuk dimintai keterangan dan bukti-bukti tambahan. Semua sudah kami lengkapi dan sekarang kami serahkan ke pihak kepolisian," kata Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta di Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Polda Bali usai dimintai keterangan.
Budayawan ini menegaskan bahwa apa yang disampaikan AWK dalam Dharma Wacana di Denpasar, Bali beberapa waktu lalu sangat menyesatkan.
Ngurah Harta serius dengan persoalan ini agar masyarakat Bali tidak menelan mentah-mentah pernyataan AWK soal sulinggih dan pemangku
"Tentang pelecehan sulinggih, pemangku itu, karena oleh AWK (menjadi sulinggih dan pemangku) harus ada sertifikasi, dan harus kaya dulu baru bisa jadi pemangku, sedangkan di Bali kan tradisi tidak seperti itu. Jadi sulingguh dan pemangku bisa karena keturunan. Walaupun dia miskin tapi kalau keturunan mangku, kalau dia tidak mau jadi mangku bisa sakit kan begitu. Kami ingin luruskan bahwa apa yang disampaikan AWK itu salah, dan dia harus memahami tradisi Bali yang sesungguhnya," jelas Ngurah Harta.
Ngurah Harta berharap agar AWK belajar terlebih dahulu tentang tradisi Bali sebelum berbicara di publik sehingga masyarakat Bali tidak mendapatkan pemahaman yang sesat.
"Jadi kami ingin menjaga tatanan tradisi yang benar yang sudah diwarisi turun temurun . Dari zaman dulu sampai sekarang, Tatanan ini tidak dipahami oleh dia. Agar dia tidak selalu salah kaprah berbicara dan agar dia belajar dulu tentang tradisi," ujarnya.(*)