Warga di Bali Ini Terpaksa Jual Sapinya Murah, Setelah 30 Ekor Sapi Mati Mendadak Selama Sebulan Ini

Sebanyak 30 ekor sapi di Desa Ulian, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, mati mendadak dalam tempo sebulan terakhir.

Kolase Tribun Bali
AMBIL SAMPEL -  Pengambilan sampel sapi yang mati mendadak di Bangli.   

30 Ekor Sapi di Desa Ulian Mati Mendadak, Dalam Tempo Sebulan Terakhir

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Sebanyak 30 ekor sapi di  Desa Ulian, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, mati mendadak dalam tempo sebulan terakhir. 

Petugas dari dinas terkait sudah mengambil sampel ternak yang mati tersebut.

Perbekel Desa Ulian, Kintamani I Wayan Berana mengungkapkan, kematian sapi di wilayahnya terjadi pada bulan Januari lalu.

“Memasuki bulan Februari ini belum ada laporan kematian lagi,” ucapnya, Senin (3/2)

Berana mengatakan, pihak desa sudah melaporkan kasus tersebut kepada Dinas Pertanian. Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli.

Tim dari Dinas KKP sudah turun ke lapangan untuk mengambil sampel.

Meski demikian,  hingga saat ini belum ada pemberitahuan mengenai penyebab kematian ternak  itu.

Dia menjelaskan, kematian sapi di Desa Ulian cenderung mendadak.

Pagi hari sapi makan seperti biasa, namun pada sore hari sapi ditemukan sudah mati.

Tidak ada gejala yang menonjol.  “Padahal hanya diberi makan rumput.  Kematian terjadi pada sapi dewasa maupun anakan,” katanya.

Kematian mendadak tak ayal menyebabkan para peternak sapi dihantui kecemasan.

Berana mengakui tak sedikit warganya yang terpaksa menjual sapi dengan harga murah.

Sapi dewasa usia tiga tahun yang biasanya laku Rp 11 juta, kini hanya dijual  Rp 8 juta per ekor.

“Warga cemas kalau sapinya mati. Karenanya cepat-cepat dijual meskipun harus banting harga.

Ini merupakan kejadian pertama kali. Beberapa warga yang sapinya mati ada yang terpaksa mengubur, ada pula yang menjual walaupun hanya laku Rp 500 ribu,” ucapnya.

Berana menambahkan para peternak berharap agar  dinas KKP segera memberikan keterangan pasti mengenai penyebab kematian tersebut.

Dengan demikian para peternak bisa mengantisipasi dan cari solusi. 

“Saat ini peternak hanya bisa pasrah. Tidak ada upaya apapun karena tidak tahu apa penyebab kematiannya,” kata Berana.

Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma mengatakan timnya sudah beberapa kali turun ke lapangan. Bahkan 10 hari lalu, pihaknya bersama BBVet Denpasar.

“Kami sudah ambil sampel dan hasilnya tidak ada tanda mengarah ke penyakit tertentu,” ujarnya.

Sarma  mengatakan kematian sapi secara sporadis bukan disebabkan rumput yang beracun. Menurutnya, kematian itu lebih disebabkan oleh perut kembung karena rumput yang masih berembun.

“Kita sarankan pemberian pakan hijauan terutama rumput agar dilayukan terlebih dahulu,” ujarnya. (*) 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved