Waspada Virus Corona di Bali
Cegah Penularan Virus Corona, Turis China ke Bali Nol, Kunjungan Wisman Bisa Turun Hingga 15 Persen
Sejak merebak virus corona, mulai saat ini dipastikan kunjungan wisatawan China ke Bali dipastikan tidak ada alias nol
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Irma Budiarti
Cegah Penularan Virus Corona, Turis China ke Bali Nol, Kunjungan Wisman Bisa Turun Hingga 15 Persen
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah Indonesia menghentikan sementara kebijakan bebas visa untuk warga negara China.
Kebijakan itu berlaku bagi WN China yang bertempat tinggal di China.
Hal ini dilakukan untuk mencegah risiko penularan virus corona ke Indonesia.
Pelaku pariwisata sekaligus Ketua Alumni Program S3 Pariwisata Universitas Udayana, Panudiana Kuhn mengatakan mulai saat ini dipastikan kunjungan wisatawan China ke Bali dipastikan tidak ada alias nol.
“Per hari ini bebas visa untuk WNA asal China sudah tidak ada lagi. Kemudian orang China tidak boleh keluar negeri untuk sementara waktu. Sekarang jumlah wisatawan China ke Bali zero, dulu per bulan seratus ribu, setahun 1,2 juta,” kata Kuhn saat ditemui di Gedung Pasca Sarjana Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Rabu (5/2/2020).
Berdasarkan hitung-hitungannya, jika kondisi ini berlangsung lama, akan terjadi penurunan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali sekitar 15 persen.
Dengan rincian dari rata-rata 6 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali, 1,2 juta orang diantaranya merupakan wisatawan asal China.
Menurutnya, dampak dari zero kunjungan itu, sekarang semua pelaku usaha pariwisata yang menyasar market mengetatkan ‘ikat pinggang’.
• 10 Orang Dinyatakan Terjangkit Virus Corona, Jepang Karantina 3500 Orang di Kapal Diamond Princess
• Semakin Bertambah, Korban Virus Corona Capai 24 Ribu Orang di 28 Negara, 490 Orang Meninggal
“(Pengusaha) yang punya oleh-oleh untuk market China, restoran untuk pasar china, hotel untuk pasar China pasti kosong, karena tidak ada pengunjungnya,” kata mantan Ketua APINDO Bali ini.
Selanjutnya, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengalihkan pasar ke wisatawan Australia dan India.
Pasar Australia dan India perlu ditingkatkan lagi.
“Kita harus menjemput mereka. Mudah-mudahan orang Australia tidak takut virus juga, karena virus ini bisa menular di pesawat, di airport saat transit,” imbuhnya.
Kuhn menceritakan memiliki teman seorang pengusaha toko sarang burung walet di daerah Kuta, sementara usahanya kini harus ditutup akibat tidak ada kunjungan turis China lagi yang menjadi mayoritas konsumennya.
“Dia malah pulang ke Batam. Kalau gak ada turis ngapain dibuka. Karyawan diliburkan dulu terutama pasar oleh-oleh untuk China, restoran untuk China, spa untuk China tutup,” ujarnya.
Disisi lain, pihaknya menyayangkan padahal puncak kunjungan wisatawan China ke Bali sebenarnya saat Imlek, namun justru terjadi musibah wabah penyakit virus corona.
• Cegah Masuknya Virus Corona ke Indonesia, Dirjen Hubud Pastikan Penanganan Pesawat Kargo dari China
• Kunjungan Turis China Anjlok Sejak Wabah Virus Corona, Warga Lembongan Diminta Budi Daya Rumput Laut
Turis dari China ini, ungkap dia, memiliki potensi terbesar di dunia karena jumlahnya yang mencapai 800 juta orang.
Sementara, mereka baru bisa datang lagi ke Bali kalau kondisinya sudah aman.
Pun kalau nanti mereka datang lagi ke Bali, harus memakai visa karena terjadi banyak penolakan terhadap wisatawan China di beberapa negara.
Bahkan sudah diputuskan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi tidak ada lagi visa on arrival untuk turis China.
Maka kondisi ini menjadi momentum yang baik untuk membenahi pariwisata Bali agar lebih berkualitas.
Menurut Kuhn, perlu lebih dikembangkan wisata MICE di Bali.
Jenis pariwisata MICE ini sebenarnya sudah dilaksanakan sejak dulu, tetapi Bali masih kalah dengan Singapura, walaupun dari sisi harga Singapura lebih mahal.
“MICE itu paling baik kualitas turisnya, makan dan minum tiga kali, tidur di hotel,” kata owner beberapa perusahaan yang bergerak di bidang garmen, properti, hotel, vila dan cargo ini.
(*)