Konjen China Ungkap 5.000 Turis China Masih di Bali & Mayoritas Tak Mau Pulang, Begini Sebabnya
Konsulat Jenderal (Konjen) China di Denpasar memperkirakan sebanyak 5.000 wisatawan asal negeri itu masih berlibur di Bali.
Penulis: eurazmy | Editor: Ady Sucipto
5.000 Wisatawan China Masih di Bali
Klaim Angka Kematian Akibat Corona Menurun
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Konsulat Jenderal (Konjen) China di Denpasar memperkirakan sebanyak 5.000 wisatawan asal negeri itu masih berlibur di Bali.
Sesuai keputusan pemerintah pusat, penerbangan Denpasar-China ditutup sejak pukul 00.00 Wita, Rabu (5/1).
Perkirakan jumlah wisatawan China yang masih berada di Bali itu dikatakan Konjen China di Denpasar, Guo Haodong saat menggelar konferensi pers di kantornya Jalan Tukad Badung, Renon, Denpasar, Selasa (4/2).
Menurut Haodong, di antara 5.000 wisatawan tersebut, sekitar 200 wisatawan berasal dari Kota Wuhan.
Kebanyakan wisatawan China yang masih di Bali ini dari Hubei.
Kepada para wisatawan yang masih berada di Bali Konjen China menawarkan opsi overstay untuk tinggal lebih lama di Pulau Dewata.
Jika memilih opsi tersebut, mereka sudah bisa mengurus bebas visa di Kantor Imigrasi Bali.
Guo Haodong mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kantor Imigrasi Bali untuk memfasilitasi permintaan wisatawan China yang mengajukan overstay.
Diakuinya, proses penjemputan para wisatawan China ini juga sudah dilakukan, namun banyak dari mereka memilih tetap tinggal di Bali hingga situasi kondusif.
''Jadi hingga saat ini belum ada kepastian untuk melakukan penjemputan,'' katanya.
Pada kesempatan ini, Guo Haodong menyatakan angka kematian pasien yang terjangkit virus corona di China mulai menurun.
Pemerintah China melalui perwakilannya di seluruh dunia intensif berkoordinasi dengan pihak terkait agar penyebaran virus ini tidak meluas.
Dia menyebutkan, angka kematian di China akibat virus corona sudah menurun 2,1 persen per tanggal 2 Februari.
Sebelumnya, per tanggal 26 Januari 2020 tingkat kematian mencapai 2,6 persen. '
'Tentunya hal ini cukup menenangkan bagi kita semua,'' katanya.
Ia mengimbau agar masyarakat Indonesia tidak panik karena Pemerintah China sudah punya cara mengendalikan virus ini agar tidak meluas.
Sejak 23 Januari 2020, Kota Wuhan sudah diisolasi sehingga menekan penyebaran virus.
Lagipula, kata dia, tingkat kematian akibat virus corona jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan penyakit kanker misalnya.
''Jumlah pasien yang terkonfirmasi terjangkit di China sebanyak 2.486 jiwa. Kalau di luar Tiongkok 154 pasien dengan kematian 1 jiwa saja,'' katanya.
Saat ini pakar medis di China sudah mengidentifikasi virus 2019-nCoV ini. Pakar kesehatan dunia sedang dalam tahap pengembangan membuat vaksin.
Sebenarnya, kata dia, faktor utama kematian pasien terjangkit corona di China bukanlah semata gara-gara virus, namun dipicu riwayat penyakit pasien masing-masing.
''Jadi virus ini semacam pemicu. Kebanyakan yang meninggal sudah memiliki riwayat penyakit lain seperti jantung dan lain-lain. Karena virus ini baru, jadi semacam pemicu,'' katanya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho menyebutkan, kunjungan wisatawan China ke Bali menurun sejak tahun 2019.
Artinya tidak semata karena merebaknya virus corona belakangan ini.
Data BPS Provinsi Bali menyebutkan, kunjungan wisman asal China ke Bali menurun sebesar 12,89 persen sepanjang tahun 2019.
Pada 2018, kedatangan wisman Tiongkok ke Bali 1.361.512 orang. Tahun 2019 jadi 1.186.057 orang.
"Gejala penurunan dari 2018 ke 2019 sudah terlihat sekalipun belum ada virus corona. Ada sebab lain yang mempengaruhi," kata Adi Nugroho di kantornya, Senin (3/2).
Adi Nugroho mengatakan, penurunan jumlah wisawatan asal China akan makin signifikan dengan merebaknya virus corona.
Selain China, jumlah kunjungan wisman asal Jepang dan Malaysia ke Bali juga mengalami penurunan namun presentasenya jauh di bawah Tiongkok.
Kunjungan wisman asal Jepang ke Bali menurun 1,42 persen dari 261.666 pada 2018 menjadi 257.959 setahun berikutnya.
Kedatangan wisman Malaysia ke Pulau Dewata turun 4,88 persen dari 194.760 orang di 2018 menjadi 185.256 pada tahun 2019.
Petugas Gunakan APD
Langkah pencegahan virus corona serius dilakukan PT Angkasa Pura I (Persero) selaku pengelola Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.
Setelah menyiapkan masker bagi seluruh petugas operasional bandara, kini petugas diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD) mulai dari kacamata pelindung (goggles), masker N95, sarung tangan serta cairan pembersih tangan atau hand sanitizer.
Hal tersebut merupakan implementasi keputusan rapat Komite FALNAS (Komite Nasional Fasilitasi Udara) pada 29 Januari 2020 di kantor Kementerian Perhubungan.
“Kami mulai terapkan penggunaan APD selama mereka bertugas. Untuk masker, kami wajibkan menggunakan masker N95 yang memiliki standar medikal,” jelas Communication and Legal Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim, Selasa (4/2).
Ia menambahkan APD yang disediakan disesuaikan dengan jumlah personel.
"Untuk masker N95 dan sarung tangan, kami sediakan masing-masing sebanyak 3.000 buah untuk masker dan 2.000 pasang sarung tangan," ujarnya.
Ia mengatakan, penggunaan APD mulai diterapkan sejak kemarin hingga waktu yang belum ditentukan.
“Sebelumnya, kami menempatkan alat pendeteksi suhu tubuh atau thermal scanner di Terminal Kedatangan Internasional.
Khusus penumpang rute dari China kami sediakan flow khusus dan masih kami implementasikan hingga saat ini,” lanjutnya.
Untuk mengantisipasi adanya penumpang yang diduga terpapar virus corona, PT Angkasa Pura I (Persero) telah menyediakan ruang wawancara terhadap penumpang yang diduga terpapar.
Ruangan tersebut akan digunakan petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Pada bagian lain, Arie Ahsanurrohim mengatakan sejak Selasa (4/2) tidak ada lagi penerbangan dari Denpasar ke daratan China.
“Dari perkembangan di lapangan, 4 Februari 2020 hari ini sudah tidak ada lagi menuju daratan China. Hanya Hongkong-Denpasar dan Taiwan-Denpasar pulang pergi,” kata Arie Ahsanurrohim. (azm/sui/zae)