Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Bahaya Virus ASF Penyebab Ribuan Babi Mati di Bali

Pemerintah Provinsi Bali mengumumkan penyebab matinya ribuan babi secara mendadak di Bali itu dipastikan terkena virus African Swine Fever (ASF)

Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
Foto ilustrasi Babi Warga di Kandang 

TRIBUN-BALI.COM - Pada 11 Desember 2019, sejumlah babi milik peternak di Pesanggaran, Denpasar mati mendadak.

Kematian babi secara mendadak dan misterius kemudian secara cepat menjalar ke daerah-daerah lain di Bali, seperti Badung, Tabanan, dan Gianyar.

Per 31 Januari 2019, Pemprov Bali mencatat ada 808 babi mati.

Sementara berdasarkan data dari dinas di masing-masing daerah yang dihimpun Tribun Bali, jumlah babi yang mati hingga waktu yang sama sudah mencapai 1.181 ekor.

Terbaru, Pemerintah Provinsi Bali melalui Sekretaris Daerah (Sekda) dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan mengumumkan penyebab matinya ribuan babi secara mendadak di Bali itu dipastikan terkena virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Apakah ASF itu?
Dilansir dari laman resmi FAO, African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika adalah penyakit babi yang sangat menular.

Penyakit ini disebabkan oleh Iridovirus dari keluarga Asfarviridae yang sangat kuat untuk inaktivasi fisik dan kimia.

Zat ini dapat bertahan lama dalam darah, feses dan jaringan.

Pada pertengahan Desember 2019 lalu, BBC melaporkan Indonesia telah menjadi negara Asia terbaru yang menghadapi wabah demam babi Afrika.

Kementerian Pertanian ketika itu mengatakan hampir 30.000 babi telah mati karena penyakit di Sumatera Utara.

Setidaknya 16 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara terdampak penyakit ASF, diantaranya Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Medan.

Sementara itu, Kementerian Pertanian RI menyebut penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 % sehingga berdampak pada kerugian ekonomi yang sangat besar.

Virus ASF sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan.

Namun demikian, ASF tidak berbahaya bagi manusia. ASF bukan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia (zoonosis).

“Dia hanya menular kepada babi. Ke peternak lain tidak apalagi manusia,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuwardhana saat ditemui di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Rabu (5/2/2020).

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved