Wayan Nirya Jadi Petani Arak Sejak Usia 12 Tahun, Bantu Finansial Keluarga

Wayan Nirya Jadi Petani Arak Sejak Usia 12 Tahun, Bantu Finansial Keluarga, Berharap Harga Perliternya Meningkat

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Saiful Rohim
Foto Wayan Nirya sedang melakukan proses penyulingan arak di dapurnya di Banjar Duwuran, Desa Tri Eka Buana, Kecamatan Sidemen, Jumat (7/2/2020) kemarin. 

Warisan ini dilanjutkan regenerasi selanjutnya.

"Suka duka menjadi petani arak kita lalui. Harapan petani (arak) yakni harga per liternya meningkat, dan tak kucing - kucingan lagi dengan petugas kepolisian,"kata Wayan Nirya, suami Ni Wayan Wiarni.

Pihaknya mengaku menikmati jadi petani arak.

Pengalamaan yang didapat juga banyak.

Untuk kebutuhan setiap hari bersumber dari penjualan arak.

Mulai biaya di dapur, sekolah anak, serta biaya lainnya.

Dua orang anaknya kini kerja di Denpasar.

Penghasilan dari menjual arak cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap harinya.

Seperti makan dan minum, serta kebutuhan lainnya.

Penghasilan dari menjual arak setiap 3 hari sekali mencapai 300 - 400 ribu.

Jumlah arak diperkirakan sekitar 30 - 40 liter.

Pendistribusiannya ke luar Karangasem, seperti Klungkung, Gianyar, Denpasar, hingga Badung.

Kadang beberapa pengepuk arak datang ke Tri Eka Buana menyisir para petani arak.

Petani arak di Tri Eka Buana berharap ada generasi yang meneruskan kebiasaan untuk membuat arak.

Mengingat prosesi ini merupakan warisan budaya dari leluhurnya sebelumnya.

Membuat arak sudah ditekuni warga sebelum penjajahan Belanda.

Arak ini merupakan minuman yang disakralkan warga sekitar.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved