Banjir Bandang di Bangli

Bupati Rencanakan Bangun Tanggul di Tiap Desa, Antisipasi Banjir Bandang di Wilayah Bangli

Pembangunan tanggul di setiap batas desa disebut-sebut mampu mengantisipasi banjir bandang di Bangli

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Irma Budiarti
Dok
Proses evakuasi material lumpur dan tanah di wilayah Banjar Hulun Danu, Desa Songan, Kintamani, Bangli, Minggu (9/2/2020). Bupati Rencanakan Bangun Tanggul di Tiap Desa, Antisipasi Banjir Bandang di Wilayah Bangli 

Bupati Rencanakan Bangun Tanggul di Tiap Desa, Antisipasi Banjir Bandang di Wilayah Bangli

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Bupati Bangli I Made Gianyar berencana membangun tanggul di setiap batas desa.

Upaya ini disebut-sebut mampu mengantisipasi banjir bandang, seperti yang terjadi di wilayah Banjar Hulun Danu, Desa Songan, Kintamani, Bangli, Bali.

Gianyar mengungkapkan, sungai di wilayah Hulun Danu ini tiap harinya merupakan sungai kering.

Namun tatkala musim hujan, air berserta lumpur meluap.

Luapan tersebut diakibatkan air kiriman dari wilayah Desa Penulisan, Desa Pinggan, serta Desa Belandingan.

“Saya telah berdiskusi dengan Pak Dandim, Pak Kapolres terkait masalah ini. Karena ini merupakan masalah tahunan, saya sudah teruskan pada Kepala Bappeda dan Kepala Dinas PUPR Perkim Bangli untuk ditindaklanjuti dengan uji kelayanan (fasibility study) dan berikutnya berlanjut ke pembuatan Detail Engineering Design (DED) pembuatan tanggul,” ungkapnya, belum lama ini.

Tanggul tersebut rencananya akan dibuat di tiap batas desa.

Menurut Gianyar, upaya tersebut mampu menahan endapan material lumpur saat terjadi musibah serupa.

Gianyar juga menilai pembuatan tanggul mampu mengantisipasi masalah kekurangan air di wilayah sekitar, sebagai dampak musim kemarau.

“Di wilayah sekitar, saat musim kemarau kekurangan air, saat musim hujan justru kelebihan air. Bagaimana mengatur pada saat hujan kelebihan air, airnya bisa ditampung. Sehingga pada saat musim kemarau air yang tertampung bisa digunakan untuk kebutuhan pertanian penduduk,” jelasnya.

Gianyar juga mengatakan bencana banjir bandang yang terjadi di Banjar Hulun Danu Jumat (7/2/2020) lalu, disinyalir merupakan imbas perubahan jenis tanaman masyarakat dari tiga desa di atasnya.

Jika sebelumnya masyarakat sekitar menanam tanaman keras, kini berubah menjadi tanaman hortikultura, seperti cabai, bawang, dan sebagainya.

“Sehingga pada saat musim peghujan, penyerapan tidak ada, akibatnya tanah di permukaan (dari tiga desa) lari ke sini yang subur-subur. Kalau terus seperti ini, tiga desa yang di atas akan kering tanahnya. Karenanya jika sudah dibuatkan tanggul, di atas akan tetap subur, dan di Hulun Danu tidak banjir lumpur, melainkan banjir air yang dialirkan ke danau,” terangnya.

Mengenai pembiayaan, bupati asal Desa Bunutin, Kintamani itu, akan segera mengusulkan ke provinsi dan pemerintah pusat.

Upaya tersebut mengingat keterbatasan anggaran daerah.

“Visi misi Pak Gubernur kan bagus itu. ‘Nangun Sat Kertih Loka Bali’. Selamatkan alam Bali, selamatkan manusia Bali, selamatkan budaya Bali. Nah, bagaimana menyelamatkan alam Bali, ya tentunya Bangli ini harus mendapatkan perhatian,” ungkapnya.

Gianyar menambahkan, pengananan banjir di wilayah hulu jauh lebih bagus daripada penanganan banjir di hilir.

Sebab penanganan banjir di hulu, selain airnya mampu dimanfaatkan masyarakat sekitar, juga mengantisipasi terjadinya dampak di hilir.

Disamping itu, Gianyar juga berencana membuat sodetan dari Danau Batur, untuk menampung kuramba jaring apung (KJA) milik masyarakat sekitar.

Pihaknya menyebut upaya ini mampu mengantisipasi pencemaran air di Danau Batur akibat pemberian pakan ikan.

“Ke depannya kami ingin KJA ini berada di pinggir Danau Batur. Setiap tiga kali panen, air ini bisa dikuras, dan sisa-sisa pakan ikan bisa diambil untuk dimanfaatkan sebagai pupuk. Mudah-mudahan pemerintah pusat merelakan tanah hutan yang berada di pinggiran Danau Batur untuk dijadikan sodetan ini,” harapnya.

Sementara itu, hingga Minggu (9/2/2020), tim gabungan dari BPBD Kabupaten, BPBD Provinsi, TNI, Polri, OPD, serta masyarakat sekitar masih berupaya melakukan pembersihan material lumpur di wilayah Banjar Hulun Danu, Desa Songan, Kintamani.

Selain menggunakan cara manual, upaya evakuasi material sisa banjir bandang juga dilakukan dengan bantuan tiga unit alat berat milik Pemerintah Provinsi Bali.

Kepala Pelaksana BPBD Bangli, I Ketut Gde Wiredana mengungkapkan, proses evakuasi material banjir bandang masih menyasar fasilitas umum berupa jalan.

Dalam dua hari upaya pembersihan, diperkirakan 30 persen material lumpur telah berhasil dievakuasi.

“Kalau pembersihan di masing-masing rumah warga kita belum mampu. Sebab berdasarkan pendataan, ada 33 KK rumah warga yang terdampak. Jumlah tersebut belum termasuk fasilitas umum lainnya, seperti sekolah hingga pura,” ungkapnya.

Menurut Wiredana, proses evakuasi material diperkirakan masih berlangsung hingga beberapa hari.

Pasalnya material lumpur yang terbawa banjir bandang memiliki ketebalan hingga 50 sentimeter.

Selain itu, proses evakuasi juga terkendala cuaca hujan.

“Setiap hari di wilayah sekitar masih turun hujan. Karenanya kita pun was-was jika terjadi banjir bandang lagi. Diperkirakan untuk proses evakuasi masih berlangsung hingga sepekan ini,” tandasnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved