Diterjang Banjir Bandang dan Lahar, Padma Pesimpangan Ida Bhatara di Tengah Sungai Taksu Tetap Kokoh

Bangunan yang terbuat dari batu tabas itu nampak kokoh, kondisi pelinggih pun masih bagus, meski pulhan kali diterjang banjir bandang dan lahar

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Saiful Rohim
Seorang warga sembahyang di Padma Pesimpangan Ida Bhatara Ring Pura Candi Gunung Agung, Nangka, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Bali, Rabu (12/2/2020). Diterjang Banjir Bandang dan Lahar, Padma Pesimpangan Ida Bhatara di Tengah Sungai Taksu Tetap Kokoh 

Kemungkinan dikarenakan pelinggih ini menjadi pesimpangan Ida Bhatara, sehingga terlindungi dari segala bencana.

"Mulai dari 2004 diterjang banjir bandang hingga lahar hujan saat erupsi, tapi pelinggih tetap kokoh di tengah sungai. Batu yang terbawa arus sungai menghantam, tapi bangunan pelinggihnya nggak ada yang rusak. Tetap seperti semula," jelas Made Junita.

Perbekel Desa Buana Giri, I Nengah Diarsa, mengutarakan hal sama.

Padma Pesimpangan Ida Bhatara Ring Pura Candi Gunung Agung sangat disakralkan.

Saat lahar hujan menerjang area sungai, semua pohon di pinggir sungai tumbang.

Batu besar terbawa arus.

Hanya Padma yang berdiri kokoh.

Ketut Sari, warga yang melintasi jalanan mengutarakan hal sama.

Padma Pesimpangan Ida Bhatara memiliki nilai kesakralan.

Biasanya peengendara yaang melintasi menyempatkan melakukan persembahyangan, memohon keselamatan serta keamanan saat melintasi areal pelinggih padma.

"Kata warga sekitar sini, air banjir bandang dan lahar hujan tidaak sampai menerjang padma. Air mengalir ke samping. Volume air yang mengenai pelinggih sedikit. Arusnya juga tidak begitu kencang. Makanya warga sekitar heran dengan kondisi pelinggih walaupun diterjang banjir, lahar," akui Sari.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved