Kain Geringsing Karangasem Laris di Pasaran, Alami Peningkatan Setiap Tahun
Permintaan kain geringsing dan peradoan khas Tenganan Pegeringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, alami peningkatan setiap tahun
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Saiful Rohim
Pengrajin tenun sekitar Tenganan Pegeringsingan, Kecamatan Manggis sedang menenun kain perendoan, Rabu (19/2/2020).
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Permintaan kain geringsing dan peradoan khas Tenganan Pegeringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali, alami peningkatan setiap tahun.
Permintaan berasal dari Karangasem, dan luar Karangasem.
Seperti Denpasar, Gianyar, Badung, hingga beberapa daerah disekitar Pulau Jawa.
Pengrajin kain geringsing dan peradoan di Tenganan Pegeringsingan yang enggan menyebut namanya ini mengatakan, permintaan kain cukup banyak pertahunnya.
• Musim Hujan dan Cuaca Buruk, Mari Mengenal Bencana Sekaligus Tipenya
• Status Singapura Oranye Virus Corona, Penerbangan Singapore Airlines Dari & Ke Bali Belum Terdampak
• 2 Siswi SMPN 1 Turi yang Hanyut Berhasil Ditemukan Total 10 Orang Tewas, Guru Pembina Jadi Tersangka
Sayangnya pengrajin tidak bisa memenuhi permintaan para pelanggan.
Mengingat jumlah pengrajin disekitar Tenganan terbatas.
"Kalau ada barang pasti laku. Cuma kita kesulitan di produksi. Dua hari baru selesaikan selembar kain, kadang bisa sampai tiga hari. Apalagi saya kerja seorang diri,"ungkapnya, Minggu (23/2/2020).
Harga kain bervariatif.
Untuk kain geringsing ukuran 2 meter x 30 centimeter 900 ribu perlembar.
Sedangkan kain perendoan ukuran 2 meter x 30 centimeter perlembar sekitar 300 - 400 ribu.
Tergantung motif kain yang diinginkan pembeli.
Seandainya ukuran kain lebih, harga juga beda.
"Kain ini mahal karena masih alami. Pewarnanya masih tradisional memakai taum, dan tingkeh. Proses memberi warna juga cukup lama. Pembuatannya butuh waktu 2 - 3 hari,"jelas wanita kelahiran Desa Tenganan Pegringsingan.
Klian Tenganan Pegeringsingan, Wayan Sudarsana mengatakan, pengrajin tenun di Desa Tenganan Pegringsingan sebanyak 29 orang.
Dari jumlah teersebut banyak pengrajin keewalahan.
Biasanya pengrajin mengirim kerajinannya tiap 3 bulan sekali, kadang lambat hingga 4 bulan lebih.
"Penjualan kain khas Tenganan Pegringsingan tak ada hambatan, lancar. Apalagi kain geringsing ditetapkaan sebagai warisan budaya nasional beberapa tahun lalu,"ungkap Sudarsana.
Pihaknya berharap kerajinan di Tenganan Pegringsingan berjalan lancar.
Untuk diketahui, kain geringsing adalah simbol Tenganan Pegeringsingan.
Secara bahasa kain geringsing memiliki makna sendiri.
Gering artinya sakit, sedangkan sing maknanya tidak.
Istilahnya yakni kain yang berfungsi untuk penolak balak.
Kain geringsing harus memiliki 3 warna, merah, putih, dan kuning.(*).