Budayakan Bahasa Ibu Sejak Dini, Dalam Bulan Bahasa Bali Digelar Lomba Nyurat Lontar
Dalam rangka Bulan Bahasa Bali 2020, pada Senin (24/2/2020) diselenggarakan Wimbakara (lomba) Nyurat Aksara Bali bertempat di Ksirarnawa, Taman Budaya
Penulis: Ni Kadek Rika Riyanti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Kadek Rika Riyanti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam rangka Bulan Bahasa Bali 2020, pada Senin (24/2/2020) diselenggarakan Wimbakara (lomba) Nyurat Aksara Bali bertempat di Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center, Denpasar, Bali.
Lomba nyurat aksara Bali ini diikuti oleh perwakilan dari masing-masing kabupaten kota tingkat SD.
Kepala Bidang (Kabid) Dokumentasi Kebudayaan Anak Agung Ngurah Baga Winata mengatakan lomba nyurat ini merupakan salah satu implementasi dari festival nyurat massal kemarin.
“Nah, sekarang kami coba lombakan di tingkat kabupaten kota untuk mengetahui apa ada anak-anak yang berprestasi dalam nyurat,” kata Ngurah Winata.
• Puluhan Pekerja Asal Bali Berada di Diamond Princess, KPI Minta Manning Agencies Lapor ke Disnaker
• 188 WNI yang Bekerja di Kapal Pesiar World Dream Dipulangkan ke Indonesia
• Keluarga Kru Kapal Diamond Princess Asal Bali Cemas dan Berharap Segera Dievakuasi, Begini Sebabnya
Di samping mengangkat akar budaya, lomba ini bertujuan untuk lebih mengenalkan sejak dini kepada masyarakat dari TK, SD, SMP dan seterusnya sehingga nantinya mereka akan membudayakan bahasa ibu ini.
Mengenai apakah kegiatan serupa akan digelar secara rutin, Ngurah Winata menegaskan bahwa kegiatan seperti ini ke depannya akan dilanjutkan.
“Ini (kegiatan Bulan Bahasa Bali) merupakan suatu gerakan. Namanya gerakan diawali dari pemahaman penekanan. Gerakan untuk menanamkan budi pekerti menggunakan bahasa ibunya. Kalau orang Bali bilang kan ingat dengan leluhur, berarti ingat dengan bahasa ibunya. Kalau ingat dengan bahasa ibunya maka ingat dengan karakter budayanya,” jelasnya kepada Tribun Bali.
Tak jauh berbeda dengan tanggapan Ngurah Winata, Praktisi Bahasa Bali Ketut Sudarsana menuturkan, orang yang tekun mempelajari sastra Bali, baik berbahasa maupun menulis aksara Bali, sesungguhnya belajar seperti ini bisa menjamin kehidupan.
“Contohnya saya, dulu tidak bekerja seperti ini (juri). Saya gunakan ini sebagai profesi sekarang karena saya seorang profesional, saya bisa hidup layak dengan menulis dan berbahasa Bali,” katanya.
Pada Lomba Nyurat Aksara Bali ini, juara 1 dimenangkan oleh perwakilan dari Kabupaten Gianyar, juara 2 ditempati oleh Kabupaten Badung, juara 3 jatuh kepada Kabupaten Denpasar.(*)