3 Cara Agar Hidup Tak Diisi Dengan Mengeluh Dan Mengomel

Sejumlah sumber menyebut, peristiwa kehidupan traumatis adalah alasan utama orang menderita kecemasan dan depresi.

Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Eviera Paramita Sandi
Kompas.com
Ilustrasi mengeluh. 

TRIBUN-BALI.COM - Anda mungkin pernah bertemu dengan orang yang suka ngedumel dan mengomel terhadap banyak hal.

Atau barangkali Anda juga sering demikian?

Sebuah studi mengungkap bahwa mengomel pada peristiwa kehidupan negatif (terutama melalui perenungan dan menyalahkan diri sendiri) dapat menjadi prediktor utama dari beberapa masalah kesehatan mental yang paling umum saat ini.

Sejumlah sumber menyebut, peristiwa kehidupan traumatis adalah alasan utama orang menderita kecemasan dan depresi.

Terlalu sering menyalahkan diri sendiri dan membenci diri sendiri adalah perbuatan mengolok-olok kita, mempermalukan kita, menakuti kita, dan memikat kita ke dalam perilaku yang membatasi diri atau merusak diri sendiri.

Itu memberitahu kita untuk tidak mempercayai orang yang kita cintai.

Itu juga bisa memengaruhi kita untuk tidak berusaha mencapai suatu tujuan.

Bahkan, terlalu sering mengomel juga akan mengajari Anda tentang kehidupan cinta Anda.

"Jangan repot-repot berkencan. Tidak ada gunanya. Tidak ada yang akan mencintaimu. Kamu ditakdirkan sendirian."

Seperti kebanyakan dari kita, ada sisi bagi Anda yang positif, penyayang diri dan percaya diri, tetapi Anda memiliki pikiran negatif.

Dan sementara satu sisi diarahkan pada tujuan dan menegaskan kehidupan, yang lain adalah mengkritik diri sendiri, membenci diri sendiri, dan akhirnya merusak diri sendiri.

Akibatnya, pertempuran paling penting yang mungkin Anda lawan adalah yang terjadi di dalam diri Anda - Anda yang sebenarnya versus suara hati Anda yang kritis.

Dirangkum dari Psychology Today, berikut adalah 3 hal yang dapat Anda lakukan jika sering mengomel:

1. Kenali Suara Batin Anda
Anda dapat memulai proses ini dengan mengadopsi kebijakan tanpa toleransi untuk "suara" Anda atau pikiran yang merusak diri sendiri.

Karena sikap-sikap ini sudah berurat berakar sejak masa kanak-kanak, mungkin sulit untuk membedakan suara hati kritis Anda dari pengamatan atau perasaan diri Anda yang sebenarnya.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved