Korea Selatan Umumkan 17 Orang Meninggal Karena Corona, Pendiri Sekte Gereja Shinchenonji Diselidiki
Pemerintah Korea Selatan kini tengah gencar melacak penyebaran awal virus corona yang sampai saat ini menyebabkan 17 orang
TRIBUN-BALI.COM, SEOUL - Pemerintah Korea Selatan kini tengah gencar melacak penyebaran awal virus corona yang sampai saat ini menyebabkan 17 orang di negara tersebut meninggal dunia.
Satu diantaranya adalah mencuatnya kasus pemimpin sekte Gereja Shincheonji.
Pemimpin Gereja Shinchenonji kini tengah disorot, dan bakal diperiksa polisi buntut 17 korban meninggal akibat virus corona di Korea Selatan.
Pemerintah kota Seoul sudah meminta jaksa penuntut untuk menjerat si pendiri, Lee Man-hee, beserta dengan 11 orang pengikutnya.
Mereka diyakini menyembunyikan beberapa nama anggota Gereja Shincheonji, di saat otoritas Korea Selatan tengah melacak penyebar awal virus corona.
Dilansir BBC Minggu (1/3/2020), Korsel menjadi negara dengan tingkat infeksi terbesar virus SARS-Cov-2 di luar negara asalnya, China.
Hingga saat ini, Seoul sudah melaporkan sekitar 3.730 kasus penularan, dengan 21 korban meninggal.
Sebagian besar korban melibatkan anggota Shincheonji.
Otoritas menyatakan, anggota kelompok yang dianggap sekte sesat itu saling menulari sebelum penyebarannya menghantam Daegu dengan cepat.
Kepada jurnalis BBC Laura Bicker, salah satu petinggi gereja, Kim Shin-chang, menyatakan mereka meminta maaf karena sudah menyebabkan masalah.
Dia mengakui awalnya mereka takut mengungkapkan seluruh anggota mereka. Namun, kini mereka bersedia membagikannya. Termasuk di mana anggota itu tinggal.
"Kami awalnya mengkhawatirkan keselamatan anggota kami. Namun, kami menyadari ini adalah hal penting. Jadi, kami bekerja sama dengan pemerintah," jelasnya.
Apa yang terjadi dengan si pendiri sekte?
Pada Minggu, pemerintah Seoul melayangkan tuntutan kepada 12 petinggi Gereja Shincheonji, di mana mereka dituduh membunuh dan melanggar UU Pengendalian Penyakit Menular.
Seluruh 230.0000 anggota sekte itu sudah diwawancarai, dengan 9.000 di antaranya mengatakan mereka mendapat gejala virus corona.