Nasib Pilu Bayi Cempaka di Klungkung, Ibu Meninggal, Kakak Putus Sekolah, Ayah Kesulitan Beli Susu
Sang ibu, Ni Komang Murni beberapa hari lalu menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit sesak dan jantung.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM - Tiga minggu sudah, Ni Luh Muliani (17) menggantikan peran ibunya untuk mengurus sang adik sulung, Ketut Cempaka Febriani yang baru berusia sebulan.
Sang ibu, Ni Komang Murni beberapa hari lalu menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit sesak dan jantung.
Hidup yang serba kekurangan, Ni Luh Muliani dan ayahnya, Wayan Gunawan (39) sangat kesulitan untuk membeli susu adik bayinya.
Keluarga I Wayan Gunawan selama ini tercatat sebagai warga miskin di Dusun Payungan.
Ia bekerja sebagai buruh serabutan dan tinggal bersama tiga anaknya.
Sang sulung, Ni Luh Muliani (17) bahkan putus sekolah sejak SD.
Keluarga itu tinggal di rumah sederhana, bantuan dari pemerintah.
Wayan Gunawan tidak selalu dapat bekerja.
Dalam seminggu, ia hanya bekerja 3 hari. Penghasilannya sebulan rata-rata kurang dari Rp 1 juta.
"Walau penghasilan kecil, saya selalu berusaha untuk membelikan anak susu. Bahkan saya sering pinjam uang ke tetangga untuk membelikan anak saya (Cempaka Febriani) susu," ujar Wayan Gunawan saat ditemui di kediamannya, Kamis (5/3/2020).
Melihat kondisi itu, Ketua PMI Klungkung, I Made Kasta bersama jajaran Polsek dan Koramil Klungkung memberikan bantuan kepada keluarga Wayan Gunawan.
"Setelah kami cek, keluarga ini sudah masuk basis data terpadu warga penerima manfaat. Semua bantuan dari Pemerintah sudah dapat. Sekarang dari segi kemanusiaan, kami serahkan bantuan untuk kebutuhan bayi. Dinas Kesehatan pun sudah berikan bantuan susu secara keberlanjutan sampai 6 bulan ke depan," ungkap Made Kasta. (*)