Ternyata 3 Jenglot Didoakan & Di Buang Ke Laut Oleh Sang Penemu Pertama, Sebut Warna Merah Seram
Tengah asyik jogging pagi hari di Pantai Padang Galak, Denpasar, Wahyu malah bertemu dengan 3 buah benda mirip jenglot, Sabtu (7/3/2020)
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Ady Sucipto
"2 tahun lalu juga pernah ditemukan jenglot, lokasinya tidak jauh dari penemuan, agak ke Selatan dikit," ungkap Edi saat bercerita kepada Tribun Bali di kawasan pantai setempat, Sabtu (7/3/2020) sore.
Pria yang kerap beraktivitas memancing di Pantai Padang Galak itu menuturkan ada bentuk yang berbeda dari penemuan dua tahun lalu.
"Kalau dua tahun lalu kepala bertubuh ular, beda sama yang ditemukan tadi. Dulu malam hari nemunya nyangkut di pancing milik teman namanya Pak Ian, saat ditarik ternyata benda itu," bebernya.
"Lalu cuma ditaruh saja, besok paginya sudah hilang," sambung Edi
Lanjut dia, mengaku pernah mempelajari ilmu dari buku setebal 3 sentimeter, berisi hal-hal ghaib salah satunya dunia jenglot. Ia mempelajari sejak usia 14 - 35 tahun.
"Wasiat dari kakek diturunkan ke saya, disuruh mempelajari ilmu itu, tujuannya supaya tahu dan tidak keliru, bahwa hal-hal seperti itu tidak baik dilakukan, hanya untuk bekal dan pengetahuan saja supaya tidak dipermainkan," tuturnya.
Orang yang sehari-hari bekerja serabutan dan berjualan umpan ikan itu mengklaim jenglot hanya ada satu di dunia, seperti Keris Nogo Sosro maupun Batu Merah Delima.
"Jenglot itu hanya ada satu, tapi kita tidak tahu di mana keberadaannya maupun pemiliknya, seperti Keris Nogo Sosro dan Merah Delima, hanya ada satu, tapi banyak tiruannya. Itu yang jenglot dua tahun lalu malah mau saya patahkan tapi ga tau hilang ke mana paginya," kata dia.
Bahkan ia menyebut, jenglot yang pertama kali ditemukan adalah benda sambungan yang dibuat tiruan menyerupai jenglot. Sama halnya jenglot yang kerap dipamer-pamerkan di sebuah pameran.
"Tujuannya apa ya satu untuk uang, mereka menggunakan ilmu hipnotis atau ilmu ghaib atau komunikasi yang baik untuk membuat percaya pengunjung," tuturnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, jenglot sejatinya memiliki sistem kerja seperti tuyul, apabila diberikan "makanan" maka dia akan menuruti perintah tuannya.
"Entah untuk uang, atau mengganggu orang," ujarnya
Oleh sebab itu, ia berpesan agar masyarakat jangan percaya terhadap isu-isu mengenai jenglot atau benda-benda tiruan yang dijual untuk kesuksesan, memikat lawan jenis dan lain sebagainya.
"Jangan mudah percaya, orang pintar banyak tapi orang yang bisa terbodohi juga banyak," pungkasnya. (*)