Corona di Indonesia
Seorang Warga PDP Covid-19 di RSU Negara Baru Pulang dari Ibadah Umroh
Ia mengaku, bahwa pihaknya sudah melakukan tindakan dengan penanganan infeksi paru dan proses safety isolasi.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM - Seorang warga Jembrana saat ini dalam pengawasan di ruang Isolasi RSU Negara, Kamis (12/3/2020).
Warga Jembrana itu diketahui seorang wanita berumur 62 tahun.
Hingga saat ini, Tim Medis masih melakukan pengawasan dan pemantauan pasien dengan APD (Alat Perlengkapan Diri).
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSU Negara, dr Narakusuma Wirawa Sp Pd, mengatakan pasien saat ini sudah menjalani pengawasan dan penanganan pasien dengan penyakit gejala paru-paru.
• Dampak Corona, Banyuwangi Tunda Kompetisi Internasional BMX yang Diikuti 20 Negara
• Wabah Virus Corona: Trump Larang Perjalanan dari Eropa ke AS Selama 30 Hari
• Lewat Tengah Hari, Rupiah Tembus Diatas Rp 14.500 per Dolar AS
Namun pihaknya belum berani mengatakan pasien suspect corona.
Alasannya, bahwa Covid 19 itu seperti influenza ada masa infeksinya selama 14 hari.
Sehingga saat ini, dilakukan pemantauan dan penanganan secara maksimal.
"Sekarang sedang dilakukan pengawasan dan penanganan," ucapnya.
Ia mengaku, bahwa pihaknya sudah melakukan tindakan dengan penanganan infeksi paru dan proses safety isolasi.
Penanganan infeksi paru itu misalnya saja, dengan pemberian antibiotik dan penurun demam.
Kemudian, perawatan atau tim dokter juga melengkapi diri dengan APD khusus.
"Ya penanganan sudah sesuai dengan seseorang yang terkena infeksi paru-paru," jelasnya.
Narakusuma menyebut, Perempuan itu dirawat karena memiliki riwayat pergi ke luar negeri.
Perempuan ini pergi untuk melaksanakan ibadah umroh Februari lalu.
Ibadah umroh itu dilaksanakan pasien selama 20 harian. Kemudian selesai pada sekitar 7 Maret lalu. Pasien kemudian pulang pada 8 Maret transit di Singapura.
"Dan 9 Maret pulang ke Indonesia. Sekitar dua hari dirawat di RS Bunda dan kemarin malam (11/3/2020) akhirnya pasien dirujuk dan sampai saat ini mendapat penanganan oleh kami," ungkapnya.
Narakusuma mengakui, bahwa pasien belum bisa dinyatakan Covid 19.
Sebab, mesti ada pengawasan dalam 14 hari ke depan. Sebab sifat Covid 19 infeksinya baru muncul sekitar 14 hari.
Dan yang perlu diketahui, bahwa memang untuk pasien di bawah umur 50 bisa jadi tidak muncul gejala.
Paling hanya batuk dan pilek saja. Sedangkan untuk pasien di atas 50 tahun, memang gejalanya lebih diketahui karena mengalami sesak nafas dan gejala lainnya.
"Untuk RSU Negara memang bukan merupakan RS Rujukan. Namun, beberapa rumah sakit rujukan seperti di Tabanan belum siap, Sanglah penuh, Gianyar ruang isolasi sudah dipakai dalam pengawasan. Karena menimbang hal itu, maka RSU Negara dipakai dan memang sudah ada ruangannya," bebernya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kendali Mutu Dr. I Gede Ambara Putra, mengakui, ternyata pihak RSU Negara masih belum memiliki alat pemeriksaan SWAP.
Sebab pengambilan pemeriksaan SWAP hanya dimiliki oleh rumah sakit yang ditunjuk oleh Pemprov Bali, yakni RSUP Sanglah, RS Singaraja, Tabanan dan Sanjiwani Gianyar.
Padahal pemeriksaan SWAP menjadi prosedur utama pemeriksaan Covid 19.
Meski demikian, untuk tenaga medis yang menangani sudah dilakukan dengan shift kerja dan setiap tim medis sudah dibekali ilmu penanganan.
Dan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) pun sudah ada dokter khusus. Yakni dr Narakusuma Wirawa Sp Pd.
"Secara medis pasien di opname dan tidak ada dokter umum. Tapi spesialis," ujarnya.
Dijelaskannya, bahwa untuk perkembangan akhirnya, pasien sedang diisolasi ke RSU Negara. Dan sudah tidak mengalami gejala demam.
Meskipun, masih ada gejala batuk. Akan tetapi, itu bisa saja akan muncul gejala dan mungkin saja tidak akan terdeteksi.
"Saat ini kami fokusnya ialah pengambilan sampling. Dan bisa sembuh tergantung daya tahan tubuh seseorang itu sendiri. Bertahan dan perkembangan kesehatan akan membaik," jelasnya.
Ia menuturkan, bahwa pasien sebelum dirawat di RSU Negara, sempat dirawat di RS Bunda selama dua hari.
Sejatinya, kasus PDP ini, sesuai prosedur pasien harus dirujuk ke rujukan yang ditunjuk. Yakni empat Rumah sakit, seperti RS Singaraja, RS Tabanan, RS Sanjiwani Gianyar dan RSUP Sanglah.
Namun, dari hasil koordinasi Dinas Provinsi dan Kabupaten lainnya, rumah sakit lain penuh dan ada yang belum siap gedungnya. Dan RSU Negara sudah siap karena memiliki fasilitas ruang isolasi.
"Dan memang hanya Pengambilan swap yang dilakukan itu saja. Karena pengambilan swap itu khusus di rumah sakit rujukan saja (RSU Negara bukan Rujukan Covid 19)," paparnya.
Pasien Dalam Pengawasan (PPD) Covid 19 yang masih dirawat di ruang isolasi RSU Negara, dan diakui menantu pasien, bahwa mertuanya memang menjalankan ibadah umroh.
Mertuanya sudah mengalami tidak enak badan sejak di Makkah Arab Saudi. Dan baru sehari di rumah kemudian mengalami gejala demam, batuk dan sesak nafas.
"Mertua saya umroh 15 hari Madinah dan Lima hari lainnya di Makkah. Sejak di Makkah itu kurang bagus kondisinya. Karena persoalan makanan kurang baik dari agen travelnya," ucap menantunya seorang laki-laki saat ditemui wartawan di ruang Isolasi.
Menurut dia, mertuanya juga memiliki riwayat penyakit diabetes. Selain kondisi yang sudah drop, saat transit di Singapura mertuanya diperiksa dengan ketat. Seluruh makanan dibuang termasuk minuman. Dan selama beberapa jam mengalami dehidrasi karena tidak ada air minum.
"Di Singapura ketat dan bagus. Karena tidak ada makanan dan air dalam pemeriksaan selama beberapa jam itu, mertua pun mengalami asam lambung tinggi. Jadi yang ikut umroh bukan mertua saja. Tapi banyak dari Jembrana," jelasnya.(*)