Twitter Memerintahkan Seluruh Karyawannya untuk Bekerja di Rumah, Ini Alasannya
Twitter memerintahkan seluruh karyawannya di dunia, baik pegawai kontrak, freelance, atau tetap untuk bekerja dari rumah.
TRIBUN-BALI.COM - Pengaruh virus corona pada dunia cukup besar, begitu juga dengan dunia pekerjaan.
Mungkin ada orang yang mengalami phk karena virus corona yang sudah menyebar luas.
Dan ada juga yang masih bekerja seperti di kantor pasca virus corona muncul.
Wabah corona yang semakin meluas membuat Twitter harus mengambil kebijakan khusus.
• Flu Spanyol, Pandemi Terburuk Sepanjang Sejarah yang Menginfeksi Sepertiga Warga Dunia
• Bill Gates Lepas Jabatannya sebagai Dewan Direksi di Microsoft, Ingin Mendalami Bidang Filantropi
• Virus Corona Merebak, ITB STIKOM Bali Pilih Lakukan e-Class Selama Tiga Minggu
Perusahaan yang bermarkas di San Francisco, California, Amerika Serikat itu memerintahkan seluruh karyawannya untuk bekerja dari rumah.
Tak hanya karyawan Twitter yang berlokasi di Amerika Serikat, melainkan semua karyawan di dunia, baik pegawai kontrak, freelance, atau tetap.
Kebijakan tersebut diumumkan Twitter lewat blog resminya.
"Prioritas utama kami adalah kesehatan dan keselamatan karyawan kami. Kami sekarang menginformasikan bahwa semua karyawan Twitter di seluruh dunia harus bekerja dari rumah," ujar pihak Twitter.
Selain itu, Twitter juga akan menanggung seluruh biaya tambahan yang dibebankan pada karyawannya selama mereka bekerja dari rumah.
Contohnya adalah biaya untuk membangun ruangan kerja dan perangkat komputer, hingga biaya tambahan untuk penitipan anak (daycare).
Twitter juga membuka #FlockTalk bagi para karyawannya yang ingin mencurahkan isi hatinya terkait masalah atau ketakutan yang melanda mereka terkait wabah virus corona.
Kebijakan terbaru Twitter ini menambah daftar perusahaan teknolgi yang mewajibkan karyawannya bekerja dari rumah sebagai upaya antisipasi persebaran wabah virus corona.
Sebagaimana dihimpun dari TheVerge, Jumat (13/3/2020), beberapa perusahaan raksasa lain seperti Facebook, Amazon, Lyft, Apple, hingga Google telah lebih dulu mempersilakan karyawannya untuk bekerja dari rumah.
Namun, berbeda dengan Twitter, beberapa dari perusahaan tersebut, seperti Amazon dan Google, hanya menerapkan kebijakan bekerja dari rumah di beberapa kawasan saja, alias tidak merata secara global.
Sebelumnya, Twitter juga hanya "menyarankan" ribuan karyawannya bekerja dari rumah.