IDI Ungkap 2 Hal Ini Pengaruhi Kesembuhan Pasien Akibat Corona
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng Faqih menyebut sebenarnya pasien corona di Indonesia ada harapan untuk sembuh.
"Bergantung pada dua hal tadi, imunitas dan penyakit penyerta," paparnya.
Yuri bahas soal tingkat kematian
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto mengimbau masyarakat untuk tidak terpaku pada persentase tingkat kematian.
Yuri kemudian mengambil contoh daerah yang memiliki 1 pasien positif corona dan meninggal dunia.
Bagi Yuri, tidak mungkin untuk dikatakan bahwa tingkat kematian di daerah itu 100 persen.
Dilansir Tribunnews.com, hal itu diungkapkan Yuri dalam sebuah wawancara eksklusif acara FAKTA 19 Maret 2020 lalu, yang diunggah YouTube Talk Show tvOne pada Senin (24/3/2020).
• Lapas Berpotensi Jadi Kuburan Massal Karena Virus Corona Jika Kelebihan Kapasitas
• Wali Kota Tegal Terapkan Local Lockdown Selama 4 Bulan, Perbatasan Ditutup Beton
Yuri menanggapi persentase tingkat kematian atau case fatality rate (CFR) Indonesia yang disebut-sebut paling tinggi se-Asia Tenggara.
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak terpaku pada angka itu yang nantinya memunculkan kepanikan.
"Kita jangan terpaku pada persentase ya, karena ini data yang dinamis ya, selalu bergerak," ujar Yuri.
Yuri kemudian mengambil contoh Provinsi Bali pada 19 Maret ketika pasien corona saat itu masih 1 orang dan meninggal dunia.
Jika dihitung dengan rumus CFR pada umumnya, maka tingkat kematian di Bali bisa dianggap 100 persen.
Bagi Yuri, sampel 1 pasien yang meninggal dunia tidak lantas bisa merepresentasikan tingkat kematian di Bali.
"Bahkan coba kalau kita persempit, di Bali (19 Maret) kasus positif 1, dan meninggal, 100 persen dong?" kata Yuri.
"Itu sudah paling tinggi, angka persennya sudah habis," sambungnya.
Sama halnya dengan wilayah lain di Indonesia yang mana tidak ada pasien corona yang meninggal, seolah tingkat kematian 0 persen.