Program Belajar di Rumah Tayang Perdana, Kadisdikpora Denpasar Sebut Program Ini Lebih Memudahkan
Gunawan menyampaikan beberapa pendapat dari guru dan siswa bahwa kendati bersifat satu arah, program ini lebih memudahkan siswa untuk dapat memahami
Penulis: Ni Kadek Rika Riyanti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
“Kalau saya sebagai guru matematika, dari saya memberikan soal timbal balik saja dari materi yang ditayangkan. Tetapi dari guru lain dari sekolah saya seperti guru IPS itu memberikan tugas membuat video dari Karimun Java tersebut. Jadi anak-anak yang membuat video dan menjelaskan Karimun Java. Intinya kita berikan tugas yang tidak buat anak stres dan terbebani, yang penting anak mengerti dan paham dengan materi yang disampaikan,” papar Ayu.
• 103 Kegiatan Bedah Rumah Tahun 2020 Ditunda, Dinas PUPR Perkim Bangli Akan Konsultasi ke Pusat
• Lolos di Gilimanuk, Dishub Denpasar Buntuti 15 Calon ABK dari Brebes Yang Menuju Pelabuhan Benoa
• Petinggi Sunda Empire Ngaku Bisa Hentikan Virus Corona di Dunia: Saya Lagi Cari Biang Keladinya
Perihal ada tidaknya beban yang dirasakan olehnya selama masa pembelajaran di rumah ini, Ayu tak menampik adanya beban yang ia rasakan, tetapi dijalaninya dengan santai.
“Sebenarnya sih dibilang tidak beban, tidak juga, tapi terasa bedanya. Awalnya kita langsung tatap muka tapi sekarang hanya lewat hape, apalagi banyak kendalanya,” ungkapnya.
“Contohnya saya ngajar matematika dan memberikan materi yang belum pernah diajarkan di kelas, mungkin ada beberapa yang mengerti dari catatan yang saya berikan, tetapi banyak juga yang tidak paham dan akhirnya kita pun harus menjelaskan lagi melalui chat atau video. Itu sih yang membuat susah-susah gampang,” imbuhnya.
• Trump Kecam Pakar yang Nyatakan AS Bisa Selamatkan Banyak Nyawa Bila Melangkah Lebih Cepat
• Kondisi Pelabuhan Padang Bai Karangasem Sepi, per Hari Hanya 50 Unit Sepeda Motor Yang Menyebrang
Terkait apakah sebelumnya ia pernah menerima keluhan, Ayu K mengaku menerimanya dari beberapa orangtua.
Terlebih karena wabah corona ini, perekonomian menjadi menurun, sehingga sangat terasa pembelajaran online itu menguras kantong dengan terus membeli kuota.
“Ya, kalau keluhan ada dari beberapa orangtua saja. Kalau tentang banyaknya tugas, mungkin dari anaknya sendiri yang tidak membuat dan tidak langsung dikumpulkan sehingga menumpuk, jadi kelihatan banyak tugas,” terang dia.
Dirinya berharap, agar keadaan kembali pulih seperti sebelumnya agar bisa beraktivitas seperti biasa.
“Jika memang berlangsung lama, nantinya harapan ke depannya mungkin program ini dapat membantu anak-anak didik mendapat ilmu pengetahuan walaupun dari menonton televisi dengan versi lebih menyenangkan,” tandasnya.(*)