Corona di Indonesia
Ventilator Lokal Siap Diluncurkan, Sebulan Bisa Diproduksi 1.200 Unit
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memastikan peluncuran produk lokal ventilator pada 25 April 2020 mendatang
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN BALI.COM, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memastikan peluncuran produk lokal ventilator pada 25 April 2020 mendatang.
Dua perusahaan, yakni BUMN dan swasta, siap memproduksi alat bantu pernafasan itu sebanyak 300 unit per pekan atau 1.200 unit per bulan.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan, pihaknya bakal meluncurkan ventilator produk lokal pada 25 April 2020 mendatang.
“Kami akan luncurkan nanti produk lokal dengan tingkat kandungan komponen dalam negeri (TKDN) hampir 100 persen," kata Hammam, melalui keterangan terulisnya di Jakarta, Kamis (16/4/2020).
Dia membeberkan, produksi ventilator dalam negeri yang diinisiasi BPPT bersama dua perusahaan, yakni BUMN dan swasta dapat menghasilkan 300 ventilator selama sepekan.
Dengan demikian, dalam sebulan BPPT dapat membuat 1.200 ventilator untuk memenuhi ketersediaan dalam negeri selama masa pandemi Covid-19.
Seperti diketahui, ketersediaan ventilator untuk penanganan Covid-19 sebanyak 8.000 unit.
Padahal, ketersediaan ventilator dalam negeri menjadi upaya strategis untuk menekan angka kematian akibat Covid-19.
Sebelumnya, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang P S Brodjonegoro menyebut saat ini alat kesehatan untuk penanganan Covid-19 menjadi rebutan banyak negara.
Test kit dan ventilator ini tengah diincar banyak negara.
Dengan demikian, ketersediaan uang di satu negara tidak cukup memenuhi alat kesehatan tersebut.
Menristek menggarisbawahi kemandirian alat kesehatan mulai menjadi kebutuhan setiap negara berkaitan dengan upaya penanganan Covid-19.
Dengan demikian, langkah itu dapat dimulai melalui komunitas riset dan teknologi yang berada di dalam negeri dan luar negeri.
“Kita menyadari Covid-19 itu bukan lagi agenda lokal, melainkan global. Ketika bicara agenda lokal, tidak mungkin diselesaikan oleh satu negara, harus melibatkan warga internasional, kita ingin diaspora ikut berkontribusi,” ujarnya.
Kata Bambang, pihaknya mendorong proses penghiliran hasil riset menjadi inovasi tepat guna sebagai daya saing bangsa dalam menyediakan alat kesehatan Covid-19.
"Industri di Indonesia belum biasa untuk membuat ventilator, kami mengajak diaspora untuk benar-benar berkontribusi di dalam pembuatan alat kesehatan itu," tuturnya.
(*)