Corona di Bali

Potret Gotong Royong Ekonomi di Bali Saat Wabah Corona, Peternak Rumahan di Gianyar Gelar Mepatung

Akibat lesunya ekonomi masyarakat akibat pendemi covid-19, menyebabkan para peternak babi rumahan di Desa Adat Bukit Jangkrik, Kelurahan Samplangan,

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Sejumlah warga tengah menggelar kegiatan mepatung di Desa Adat Bukit Jangkrik, Gianyar, Bali, Minggu (19/4/2020) sore. 

Kesulitan Jual Babi, Peternak rumahan di Gianyar Gelar ‘Mepatung’

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Akibat lesunya ekonomi masyarakat akibat pendemi Covid-19, menyebabkan para peternak babi rumahan di Desa Adat Bukit Jangkrik, Kelurahan Samplangan, Gianyar, Bali kesulitan menjual babinya.

Sebagai upaya agar mereka tidak kewalahan dalam pembiayaan pakan, sementara babinya sudah harus dijual, merekapun menjualnya ke warga setempat dengan nilai murah.

Biasanya dalam harga normal, per kilogram (kg) babi dijual Rp 25 ribu, mereka rela membanting harga Rp 12 ribu per Kg.

Informasi dihimpun Tribun Bali, Senin (20/4/2020), ada sebanyak tiga ekor babi yang dijual oleh para peternak rumah, kepada perkumpulan warga setempat.

Oleh warga, mereka langsung menggelar tradisi mepatung atau memotong babi menjadi banyak potongan lalu dibagi-bagi bersama warga.

Di mana sumber dana pembelian ini, bersumber dari uang patungan/iuran per kelompok warga.

Peternak rumahan di desa setempat, rata-rata memelihara babi satu ekor.

“Ada tiga kelompok mepatung yang membeli babi-babi peternak rumahan ini,” ujar warga setempat, I Ketut Catur.

Seorang peternak, I Wayan Ngerti mengatakan, alasan dirinya menjual babinya dengan harga murah pada kelompok mepatung, karena dirinya kesulitan menjual babinya ke pengepul, lantaran sepinya permintaan pasar.

Sementara, jika tidak dijual, maka dirinya akan kesulitan biaya pakan ternak.

“Sulit sekarang jual babi, harganya juga murah. Makanya lebih baik. Bila terus memaksakan diri memelihara babi, maka saya akan kewalahan memenuhi pakan ternak.

Apalagi sekarang kondisi ekonomi seperti ini. Kalau mepatung, walaupun murah, toh juga sama warga sendiri, tidak apa-apa lah,” ujarnya.

Bendesa Bukit Cangkrik, I Kadek Juniarta mengatakan, ada dua sisi positif dengan adanya mepatung dadakan ini.

Dari satu sisi, para peternak dapat menjual babinya, sehingga tidak lagi terbebani biaya pakan ternak.

Di sisi lain, masyarakat bisa membeli daging dengan harga murah di tengah situasi kesulitan ekonomi ini.

“Saya melihat hal ini saling menguntungkan. Sebagai bentuk gotong royong ekonomi.

Tapi tetap saja, kami berharap situasi segera pulih, supaya kita bisa melakukan aktivitas seperti biasanya,” ujar Juniarta. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved