Sejarah Pala, Rempah Mahal yang Diperebutkan
Sejarah pala sendiri bisa ditelusuri jauh hingga abad ke-6. Masyarakat Arab kala itu menggunakan pala sebagai barang barter, yang akhirnya membawa pal
Benteng yang ia bangun di sana kemudian mengkonsolidasikan monopoli bangsa Portugis terhadap jalur perdagangan pala di dunia yang bertahan hingga satu abad lamanya.
Perebutan antar bangsa Pala jadi rempah yang sangat diperebutkan oleh banyak bangsa. Dutch East India Company (VOC) berhasil menguasai Banda pada awal 1600-an.
Mereka pun memperbudak masyarakat asli Banda.
Run, pulau paling kecil di Banda jadi korban paling tersiksa dalam perebutan pala.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari pameran bertajuk “Banda, Warisan untuk Indonesia”, pada tahun 1605 Belanda datang untuk menyingkirkan Portugis setelah mereka berhasil menaklukan Ambon.
VOC membuat perjanjian dengan warga Banda yang mengharuskan mereka untuk menjual pala dan bunga pala hanya kepada VOC.
Namun, warga Banda saat itu tetap menjual hasil bumi mereka pada pedagang dari Jawa, Makassar, dan Inggris yang membuat ketegangan memuncak.
Pada 1609, Admiral Verhoeff dari Belanda harus meregang nyawa saat negosiasi dengan warga Banda.
Namun Inggris pun datang untuk mendirikan koloni di pulau-pulau terpencil yaitu Pulau Run dan Ay pada 1616.
Karena kedatangan Inggris ini, VOC merasa terancam karena merasa Inggris datang untuk merebut kekuasaan dan memonopoli perdagangan pala di Banda. Belanda memaksakan monopoli mereka terhadap pala dengan cara yang brutal.
Mereka melarang ekspor pohon pala. Mereka juga membasahi setiap pala menggunakan jeruk nipis sebelum dikirimkan untuk menjadikannya tidak subur.
Selain itu, hukuman mati juga menanti mereka yang dicurigai mencuri, menumbuhkan, atau menjual pala di tempat lain.
Sekitar 5 tahun dari kedatangan Inggris, VOC berhasil menguasai Banda dengan cara mengirim pasukan sebanyak 2000 tentara yang menyebabkan ribuan warga Banda di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.
Penduduk Banda pun berkurang hingga tersisa 1000 jiwa. Berkurangnya populasi ini jadi kesempatan bagi VOC untuk kemudian memperbudak warga Banda yang tersisa.
Mereka berhasil mempertahankan monopoli pala ini dengan cara kekerasan dan kerahasiaan tingkat tinggi.