Corona di Indonesia
Begini Cerita Pramugari AirAsia Dibalik Misi Pemulangan Repatriasi WN Filipina
AirAsia Indonesia menuntaskan penerbangan khusus dari Semarang ke Manila dalam rangka mendukung misi Kedutaan Besar Republik Filipina
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin
TRIBUN BALI.COM, JAKARTA - AirAsia Indonesia menuntaskan penerbangan khusus dari Semarang ke Manila dalam rangka mendukung misi Kedutaan Besar Republik Filipina untuk memulangkan 101 orang warganya yang berada di Jawa Tengah di tengah krisis pandemi COVID-19.
Dalam rangka merayakan Hari Kartini, mari berkenalan dengan salah satu awak kabin atau pramugari AirAsia, yaitu Marcellina.
Ia berani ikut berperan dalam penerbangan repatriasi tersebut dan mencari tahu apa yang terjadi di balik layar misi khusus ini.
Dikutip dari keterangan tertulis resmi dari Communications AirAsia Indonesia, Selasa (21/4/2020), Marcellina menyampaikan beberapa hari sebelumnya, Ia dihubungi oleh rekan kerjanya untuk memastikan kondisi kesehatan dan keberadaannya.
• Pasar Online Digelar untuk Warga Desa Padang Tegal Ubud Dukung Physical Distancing
• Ini 3 Printer InkTank HP Harga Ekonomis untuk Menemani WFH Hingga Belajar di Rumah
• Cabuli Anak Dibawah Umur, Udin Diganjar Hukuman Lima Tahun Penjara
“Pada saat itu kondisi kesehatan saya cukup baik untuk bertugas dan saya berada di kediaman saya di Bali. Saya pun akhirnya menyanggupi tawaran untuk terlibat dalam penerbangan tersebut.Saya sangat rindu untuk terbang dan bertemu dengan penumpang, namun saya tidak tahu kapan akan kembali bertugas akibat pandemi COVID-19 tersebut," ucapnya
Ia pun mengaku merasa bahagia dapat kembali bertugas.
"Oleh karena itu, awalnya saya kaget dan tidak percaya, tetapi saya merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa kembali bertugas dan mengenakan seragam merah,"
“Akan tetapi yang membuat saya semakin bangga bisa terlibat ialah bahwa saya memiliki peran penting dalam sebuah misi kemanusiaan, yaitu membawa orang-orang yang terpisah untuk berkumpul kembali dengan keluarga yang dicintainya,” ungkapnya.
Ditanyai apakah ada persiapan yang dilakukan sebelum berangkat?
"Saya harus memastikan kondisi dan stamina tubuh selalu dalam keadaan fit. Hal itu saya wujudkan dengan olahraga di rumah dan rutin mengkonsumsi vitamin. Selain itu, saya selalu mengkonsumsi makanan sehat dalam diet saya, termasuk buah dan sayur, untuk mendukung performa saya,” jawabnya.
Ia juga harus mempelajari ulang seluruh standar operasional dan aturan-aturan yang berlaku selama masa krisis ini untuk menjamin keselamatan diri dan penumpang saat bertugas.
“Saya menyadari banyak sekali hal yang berubah setelah wabah pandemi COVID-19 meluas. Selama perjalanan saya menuju bandara, jalan raya terlihat sepi. Situasi di bandara pun juga sangat sepi dan hanya terlihat beberapa penumpang dan petugas kesehatan yang bersiaga di berbagai titik, sangat kontras dibandingkan dengan situasi sebelum wabah COVID-19,” papar Marcellina.
Menurutnya terdapat standar operasional khusus yang diterapkan selama pandemi dan standar operasional untuk penerbangan niaga tidak berjadwal (commercial charter flight).
Beberapa hari sebelum penerbangan, mereka telah mengikuti sesi pengarahan untuk mempelajari standar operasional untuk penerbangan ini.
Seluruh awak kabin diwajibkan untuk mengenakan masker dan sarung tangan dimulai pada saat sesi pengarahan sebelum penerbangan.
Selain itu, wajib menerapkan jaga jarak sosial atau social distancing di lingkungan bandara hingga di dalam pesawat.
Saat penumpang memasuki pesawat, kami juga memberikan sarung tangan kepada seluruh penumpang.
“Kami memastikan seluruh penumpang telah mengenakan masker dan sarung tangan sebelum pintu pesawat ditutup. Kami pun dilengkapi dengan persediaan lebih masker, sarung tangan, dan hand sanitizer untuk penggunaan di dalam pesawat,” imbuhnya.
Marcellina memastikan seluruh penumpang telah menempati kursi sesuai ketentuan dan menjamin penerapan social distancing telah sesuai anjuran
Seluruh penumpang wajib menempati tempat duduk yang ditentukan sesuai dengan ketentuan jaga jarak sosial yang berlaku.
“Saya juga selalu mengimbau penumpang untuk disiplin menerapkan jaga jarak sosial selama penerbangan demi keselamatan bersama,” tambahnya.
Ia mengaku sempat berbincang dengan beberapa orang.
Mereka merasa sedih karena tidak tahu kapan akan kembali ke Indonesia mengingat Filipina masih menerapkan lockdown.
Namun, di sisi lain mereka juga tidak sabar dapat bertemu dengan keluarga masing-masing yang berada di Filipina.
“Sebagian besar dari penumpang tidak sempat membelikan oleh-oleh untuk keluarganya karena berusaha membatasi mobilitas selama masa pandemi, sehingga banyak dari mereka yang akhirnya berbelanja cenderamata, seperti polo shirt, topi, parfum, dan lainnya, untuk keluarganya,” ucapnya.
Saat pesawat berhenti sempurna dan pintu pesawat dibuka, petugas karantina langsung menginstruksikan agar seluruh penumpang tetap duduk dan mengisi beberapa formulir pernyataan kesehatan.
Petugas karantina juga memberikan pengarahan kepada seluruh penumpang dan menjelaskan seluruh prosedurnya.
Prosedur tersebut memakan waktu sekitar 45-50 menit dan penumpang diperbolehkan untuk keluar dari pesawat.
Sekembalinya ke Indonesia, ia mengaku seluruh awak kabin diwajibkan mengisi Health Alert Card (HAC).
“Kami pun harus melewati pengecekan suhu dengan kamera thermal di terminal kedatangan. Setelah itu petugas memberikan beberapa pertanyaan terkait riwayat perjalanan selama bertugas dan memeriksa kondisi kesehatan secara rinci,” jelas Marcellina.
Seluruh awak kabin juga diwajibkan untuk melakukan karantina mandiri di rumah selama 14 hari dan apabila muncul gejala atau keluhan harus segera dilarikan ke rumah sakit.
Selama karantina mandiri tersebut, mereka diharuskan untuk mengukur suhu tubuh setiap pagi dan sore serta melaporkannya secara berkala kepada tim kami.
“Saya sangat bersedia bila dapat kembali berperan dalam misi kemanusiaan serupa. Pengalaman ini sangat menyenangkan dan bermakna bagi saya. Saya terharu saat seluruh penumpang mengucapkan terima kasih kepada saya karena mereka dapat bertemu dengan keluarga mereka dengan selamat,” ungkapnya.
Ia mendengar banyak orang yang masih terjebak di luar negeri dan tidak dapat pulang ke negara akibat pembatasan penerbangan di sejumlah negara.
“Saya mendoakan agar mereka dapat kembali pulang secepatnya dan selalu dalam keadaan sehat. Saya juga berharap agar wabah COVID-19 dapat segera berakhir sehingga semua orang bisa kembali terbang dan berkumpul seperti sedia kala,” imbuh Marcellina.(*).