Debit Air Tukad Penet dan Ayung Menurun, Warga Diminta Buat Penampungan Air
Di masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, debit air di dua sungai yang digunakan bahan baku air PDAM denpasar mulai menurun.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Di masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, debit air di dua sungai yang digunakan bahan baku air PDAM denpasar mulai menurun.
Dua sungai yang mengalami penurunan debit yakni Tukad Penet dan Tukad Ayung.
Hal ini berdampak pada pengaliran air PDAM ke Kota Denpasar, Bali.
Direktur Teknik PDAM Kota Denpasar, Putu Yasa yang di wawancarai Rabu (29/4/2020) siang mengatakan, selain penurunan debit air di dua sungai ini, perbaikan karet bendung yang robek di Tukad Petanu juga belum kunjung selesai hingga kini.
• Saat Pandemi, Pelaku Kuliner Difasilitasi untuk Kembangkan Bisnis di Foodstartup Indonesia 2020
• Sebanyak 100 Warga Klungkung Mangkir Rapid Test
• Tak Hanya Membuat Kulit Tampak bersih, Ini Manfaat Lain Facial Wajah Menurut dr. Kadek Dewitini
Padahal sebelumnya dijanjikan perbaikan ini bisa selesai seminggu.
Yasa mengatakan, sampai saat ini perbaikan ini masih tetap dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.
"Walaupun dikatakan selesai satu minggu, namun sampai saat ini belum selesai. Sehingga kami membuat kisdam agar bisa mengalirkan air ke Denpasar khususnya Denpasar Barat," katanya.
Selain itu, masalah lain yang dihadapi yakni kapasitas air yang diberikan juga menurun yakni hanya 50 liter per detik.
"Hal ini pasti akan membuat pengaliran air di Denpasar terganggu," katanya.
Selain itu, Instalasi Pengolahan Air (IPA) Belusung juga mengalami kendala.
Hal ini diakibatkan kondisi air di Tukad Ayung juga kritis dan debitnya menurun.
"Di Tukad Ayung, ada air, tapi debitnya menurun. Selain itu, tingkat kekeruhannya juga tinggi karena ada pembangunan Bendungan Sidan, dimana pukul 04.00 sampai pukul 08.00 buang hasil pengerukan sehingga warna airnya coklat," katanya.
Karena kekeruhannya tinggi, sehingga untuk memisahkan air dengan lumpurnya pun sulit.
Menurutnya, kondisi air di Tukad Ayung ini terdiri atas 40 persen lumpur dan pasir, sementara air hanya 60 persen.
"Kalau dulu 20 persen lumpur dan pasir, sekarang sudah 40 persen, sehingga terjadi penurunan sumber baku," katanya.
Dengan kondisi ini, pihaknya meminta kepada masyarakat yang berlangganan PDAM Denpasar untuk membuat penampungan air.
"Kami minta masyarakat membuat penampungan air. Sehingga jika ada gangguan masih ada air. Minimal satu kubiklah kapasitasnya, jika mati satu dua jam masih bisa diatasilah, apalagi dengan Covid-19 ini," katanya.
Selain itu, jika masyarakat kesulitan air, bisa menghubungi call center PDAM Kota Denpasar.
Pihaknya telah menyiapkan tiga mobil tangki untuk mendistribusikan air ke rumah warga. (*)