Sejarah Gudeg, Kuliner Khas Jogya yang Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Mataram Islam

Meski sajian gudeg sudah cukup terkenal, namun masih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal usul nama dan sejarah singkat dari makanan tradision

zoom-inlihat foto Sejarah Gudeg, Kuliner Khas Jogya yang Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Mataram Islam
Tribun Jogya
gudeg

TRIBUN-BALI.COM - Gudeg adalah makanan yang terbuat dari nangka muda yang terkenal sudah sejak lama.

Kuliner khas dari Yogyakarta tersebut menjadi sajian populer bagi para wisatawan saat liburan ke kota tersebut.

Meski sajian gudeg sudah cukup terkenal, namun masih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal usul nama dan sejarah singkat dari makanan tradisional ini.

Sebagian besar, penikmat gudeg hanya mengetahui jika sajian gudeg berasal dari Yogyakarta saja.

Dikutip dari Tribun Jogja, makanan tradisional seperti gudeg ini juga punya potensi besar dan penting, bahkan keberadaannya bisa dijadikan senjata untuk kebangkitan membangun bangsa.

6 Tips Agar Selalu Aman Saat Pesan Makanan Online di Masa Pandemi Covid-19

Kehabisan Uang Hingga Ngamen di Lombok Bersama Bayinya, Pasutri Rusia Ini Akan Dibawa ke Bali

6 Zodiak Ini Tidak Bisa Melepaskan Segala Hal yang Disayanginya, Aquarius Tak Mudah Melepaskan

"Makanan tradisional berperan penting dalam ketahanan dan kemandirian pangan. Semua jenis makanan tradisional dibuat dengan potensi lokal, tidak mungkin dibuat menggunakan bahan baku impor," ujar Murdijati Gardjito, seorang profesor yang menjabat sebagai peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT), Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM, dikutip dari Tribun Jogja.

Kuliner gudeg telah melewati perjalanan sejarah yang sangat panjang, sebelum akhirnya menjadi ikon kuliner kota Jogja.

Kisah gudeg diungkapkan oleh Murdijati Gardjito sebuah buku yang berjudul "Gudeg Yogyakarta".

Sejarah gudeg di Yogyakarta dimulai bersamaan dengan pembangunan kerajaan Mataram Islam di alas Mentaok.

Lokasi kerajaan tersebut berada di daerah Kotagede pada sekitar tahun 1500-an.

Ramalan Zodiak 1 Mei 2020, Cancer Akan Mendapatkan Banyak Tekanan, Leo Tetaplah Tenang

Jadwal Imsak & Buka Puasa Ramadhan 1441 H Jumat 1 Mei 2020 di Denpasar

Memasuki Bulan Mei, 5 Wilayah di Bali Ini Diprakirakan Hujan Pada Siang Hari

"Saat pembangunan kerajaan Mataram di alas Mentaok, banyak pohon yang ditebang, dan di antaranya adalah pohon nangka, kelapa, dan tangkil atau melinjo," jelasnya.

Buah nangka muda (gori), kelapa, dan daun melinjo yang rontok, mendorong para pekerja untuk membuat makanan dari bahan-bahan tersebut.

Sajian tersebut untuk memenuhi makan bagi para pekerja yang jumlahnya sangat banyak.

Bahkan untuk mengaduknya atau dalam bahasa Jawa disebut hangudek harus menggunakan alat menyerupai dayung perahu.

Dari proses mengaduk (hangudeg) ini, makanan yang diciptakan dari nangka muda ini disebut gudeg.

Sejarah gudeg juga tercatat dalam karya sastra Jawa Serat Centhini.

Jelang Sahur 1 Mei 2020, Berikut Jadwal Imsak Kota Denpasar dan Sekitarnya

Jika Situasi Covid Darurat, Tabanan Tunda Tunjangan 7.000 ASN

Dikisahkan pada 1600-an saat Raden Mas Cebolang tengah singgah di pedepokan Pengeran Tembayat yang saat ini berada di wilayah Klaten.

Di sana Pengeran Tembayat menjamu tamunya yang bernama Ki Anom dengan beragam makanan, dan salah satunya adalah Gudeg.

Gudeg sejatinya bukanlah makanan yang berasal dari lingkungan kerajaan, melainkan dari masyarakat.

Meskipun demikian, untuk menjadi makanan tradisional yang setenar saat ini, perlu proses yang panjang.

Diungkapkan Murdijati Gardjito, karena gudeg perlu waktu memasak yang lama, pada awal abad 19 di Yogyakarta sendiri belum begitu banyak orang berjualan gudeg.

Kemudian pada tahun 1940-an bersamaan dengan ide Presiden Soekarno membangun universitas di Yogyakarta (UGM), gudeg mulai berkembang dan banyak dikenal masyarakat.

Keinginan para mahasiswa luar daerah yang ingin menjadikan gudeg sebagai oleh-oleh menghadirkan gudeg kering yang dimasak di dalam kendil agar lebih tahan lama.

Seiring dengan berjalannya waktu, sektor wisata juga semakin berkembang.

Hal ini melatarbelakangi pemerintah untuk mengkontruksi sentra gudeg baru, yang berada di Wijilan sekitar tahun 1970-an.

Hingga saat ini gudeg telah menjadi ikon kuliner Yogyakarta, keberadaanya mudah ditemukan di setiap sudut kota Pelajar ini.

Gudeg pun telah berkembang dengan baragam varian.

Artikel ini telah tayang di Tribun Travel dengan judul "Fakta Unik Gudeg, Kuliner Khas Jogja yang Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Mataram Islam"

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved