Bulan Ramadhan
Tips Berpuasa yang Aman Bagi Penderita Diabetes
Tetap menjalankan puasa meski sakit tentunya berisiko, terutama bagi orang-orang yang memiliki penyakit kronis.
Perawatan intensif terhadap diet, pemantauan gula darah dan penyesuaian dosis lebih sering dibutuhkan.
Perawatan ideal dilakukan di klinik diabetes oleh ahli kebidanan, ahli diabetes, dan ahli gizi.
Perhatikan tanda hipoglikemia
Tidak adanya asupan makanan selama berpuasa menyebabkan bahaya terjadinya hipoglikemia lebih tinggi.
Hipoglikemia adalah keadaan di mana kadar gula darah terlalu rendah.
Risiko terjadinya hipoglikemia berat berkaitan dengan penggunaan obat antidiabetes, terutama golongan sulfonilurea, insulin, perubahan dosis obat, dan perubahan aktivitas yang terlalu drastis.
Perhatikan tanda adanya hipoglikemia. Bila Anda mulai mengalami gemetar, keluar banyak keringat, gelisah, dan pusing merupakan beberapa tanda adanya hipoglikemia.
Pada kondisi berat dapat terjadi pandangan kabur, kelemahan otot, sulit berbicara, kejang, dan penurunan kesadaran.
Kondisi ini merupakan suatu gawat darurat dan dapat menyebabkan kematian. Saat terjadi hipoglikemia, penanganan cepat yang perlu dilakukan adalah mengonsumsi makanan atau minuman manis.
Tindakan ini bermanfaat untuk mengembalikan kadar gula darah menjadi normal. Setelah itu, makanlah dalam porsi secukupnya
Jaga porsi makan dan jenis makanan saat berbuka
Sebagian besar masalah pada penderita diabetes selama berpuasa disebabkan karena terlalu banyak makan.
Seringkali, terjadi peningkatan konsumsi makanan yang memiliki kandungan karbohidrat dan lemak saat berbuka puasa atau setelah salat tarawih.
Saat berbuka puasa, hindari terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat serta makanan dan minuman manis.
Hal ini dapat menyebabkan lonjakan pada kadar gula darah atau hiperglikemia. Pada bulan puasa, kejadian hiperglikemia berat dapat meningkat lima kali lipat dari biasanya.