Korsel Berjibaku Redam Gelombang Kedua Wabah Corona Setelah Kelab Malam dan Kedai Minum Buka Lagi
Kita harus menemukan dan mengetes mereka dengan cepat. Kecepatan adalah kunci
Pemerintah menduga, sebagian pengunjung tidak ingin dites dan sebab itu menyembunyikan diri.
"Kita harus menemukan dan mengetes mereka dengan cepat. Kecepatan adalah kunci,” kata Chung.
Sulitnya meredam kluster penyebaran di Itaewon mengungkap efek samping kebijakan agresif pemerintah dalam melacak dan membuka informasi kesehatan pasien Covid-19.
Menteri Kesehatan Yoon Tae-ho mengakui sebagian anggota komunitas LGBTQ khawatir mengalami diskriminasi jika melaporkan diri.
"Kami membuka data pergerakan pasien COVID-19 untuk mendorong warga lain yang merasa tertular agar mau mengetes diri secara sukarela,” kata dia.
"Kami mengajak semua orang agar tidak menyebar informasi pribadi pasien atau rumor yang tidak hanya melukai hak mereka tetapi juga merupakan delik kriminal."
Kementerian Kesehatan mengatakan sebanyak 79 orang dites positif mengidap virus corona usai mengunjungi kelab malam di Itaewon.
Termasuk di antara pengunjung adalah warga kota lain yang datang ke Seoul untuk mencari hiburan, lalu pulang ke kotanya masing-masing.
Walikota Seoul, Park Won-soon, menduga kasus penularan mencapai 85 orang, termasuk 51 penduduk ibu kota.
Dia mengimbau pengunjung kelab malam agar mau dites.
Park juga berjanji akan melindungi data pribadi pasien dan mengancam dengan sanksi hukum bagi mereka yang menolak menjalani pengetesan.
"Jika Seoul disusupi (virus), maka satu negeri terancam,” katanya merujuk pada data bahwa Seoul hanya mencatat 700 pasien Covid-19, dibandingkan 10.909 kasus corona di tingkat nasional.
Gelombang kedua
Lonjakan kasus penularan terjadi seusai pemerintah melonggarkan aturan pembatasan sosial dan tengah bersiap membuka sekolah-sekolah dan menghidupkan kembali perekonomian.
Pembatasan sosial berskala besar kini diganti menjadi "pembatasan jarak sosial” dalam kehidupan sehari-hari.