corona di indonesia
Curahan Hati Pramugari Terdampak Covid-19, Awak Kabin Cenderung Depresi
Gaji profesi pramugari menggunakan sistem jam terbang. "Tak ada jam terbang otomatis kita tak ada penghasilan," kata Marintan
Kekhawatiran itu pada. Kembali lagi itu semua soal kondisi finansial masing-masing kru. Let's say misal kita kehilangan pekerjaan ini karena maskapai harus mengadakan pengurangan karyawan. Kita tidak bisa menolak. Karena banyak airlines di dunia ini yang terpaksa harus mengurangi karyawan, pesawat, dan bahkan juga bangkrut atau minta bantuan pemerintah untuk suntikan dana.
Kita sebagai kru Indonesia yang bekerja untuk maskapai penerbangan asing, itu lebih rentan terkena pengurangan karyawan karena pastinya mereka mengutamakan kru yang ada di either home base, negara itu atau warga lokal yang berkewarganegaraan sana.
Kru yang baru saja gabung sama maskapai di Timur Tengah, baru masuk training, belum selesai, sudah dipulangkan ke negara asal masing-masing. Karena mereka dianggap tidak esensial, tidak cost effective untuk dipertahankan oleh perusahaan.
Andai akhirnya kehilangan pekerjaan ini, apa yang akan dilakukan?
Bayangkan beberapa senior saya sudah ada yang 10 hingga 20 tahun terbang. Setelah sekian lama jadi pramugari, mereka tidak akan siap baik secara kompetensi maupun secara mental untuk balik terjun ke dunia kerja. Karena mereka tidak punya skill yang dibutuhkan sama dunia kerja sekarang, dan mereka tidak akan siap. Mereka jadi cenderung mudah depresi.
Banyak sekali terjadi awak kabin atau mereka yang bekerja di sektor terdampak paling berat akibat Covid-19 ini, kurang tidur dan cenderung mudah depresi dan akhirnya banyak yang menutup diri. Di satu sisi butuh melanjutkan kebutuhan hidup mereka, tapi di sisi lain tidak siap secara mental karena sudah lama hidup enak.
Lebih resah untuk mencari kerja lagi?
Untuk mencari kerja lagi walaupun punya skill, tidak mudah karena pasti perusahaan lainnya, apapun industrinya, pasti berusaha melakukan cost effeciency di tengah situasi Covid-19 ini. Jadi mereka sebisa mungkin akan merekrut orang yang mau dibayar murah.
Ada pesan khusus Anda kepada para seluruh awak kabin di tengah situasi Covid-19 ini?
Stop Denial. Kebanyakan kru yang saya kenal itu masih beranggapan maskapai baik tidak PHK kita. Itu aneh banget, selama di rumah kita ini tidak digaji. Gaji kita sistem dari jam terbang. Tak ada jam terbang otomatis kita tidak ada penghasilan karena maskapai pun tidak make money.
Jangan berpikir hanya karena maskapai belum memecat kita, lalu kita berpikir bahwa kita aman. Itu namanya Denial. Dengan berpikir seperti itu, mereka cenderung merasa aman dan tenang saja, seolah nanti akan kembali terbang. Padahal tidak ada yang bisa jamin, tidak ada job security di bidang ini.
Dan tidak perlu malu atau gengsi untuk mulai melirik job market. Atau setidaknya kalau belum siap cobalah untuk belajar sesuatu yang sekarang sedang dibutuhkan. (tribun network/genik)