Di Tengah Pandemi Covid-19, Peternak di Gianyar Keluhkan Kematian Babi, Liong: Babi Terancam Langka

Belum selesai dengan ancaman virus corona atau Covid-19 di Bali, peternak babi di Gianyar semakin dipusingkan dengan munculnya kasus virus babi

Penulis: I Nyoman Mahayasa | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Peternak Babi di Desa Suwat, Gianyar, Bali. 

Laporan wartawan Tribun Bali, I Nyoman Mahayasa

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR -- Belum selesai dengan ancaman virus corona atau Covid-19 di Bali, peternak babi di Gianyar semakin dipusingkan dengan munculnya kasus virus babi yang menyerang ternaknya, Sabtu (16/5/2020).

Dilaporkan ratusan ekor babi milik warga mati yang diduga terinfeksi virus African Swine Flu (ASF).

Sebelum ditemukan mati, para peternak mengungkapkan tanda-tanda awal, babinya mogok makan lalu kemudian lemas dan akhirnya mati.

Selain terhimpit karena pandemi Covid-19, tak sedikit peternak mengeluhkan kematian babinya, sebab jika satu babi terkena biasanya dengan cepat menular ke babi yang lain. Yang paling cepat terkena biasanya adalah babi dewasa.

Hal inilah yang memicu banyak peternak terpaksa menjual babinya dengan harga murah, meski babinya masih terlihat sehat.

Satu diantaranya adalah Liong (33), peternak babi asal Desa Suwat, Gianyar

Karena terserang ASF, Liong mengaku terpaksa mengubur babinya karena tak tahu lagi harus berbuat apa. 

Selain merugi, beberapa babinya juga sudah laku terjual dan saat ini tinggal tersisa 5 ekor babi dari 15 ekor babi yang ia pelihara. 

Liong pun menceritakan, peternak di desanya bahkan juga mengalami nasib yang sama dengannya hingga terpaksa menjual babinya sampai mencapai 70 ekor. 

Akibatnya, di kandang-kandang peternak saat ini banyak yang kosong.

Selain dihinggapi rasa khawatir sebelum virus tersebut benar-benar hilang, warga mengaku masih bingung karena belum diketahui obatnya. 

"Untuk sementara saya masih pelihara sisa babi saya yang masih lima ekor ini, padahal saya selalu memberi makan babi dari kebun berupa irisan pohon pisang dan campuran sekam padi, tak pernah saya beli pakan, tapi bisa kena virus juga," ucap Liong yang juga mantan pekerja hotel ini. 

Liong pun mengaku khawatir jika banyak yang enggan memelihara babi lagi akan langka ketika Hari Raya Galungan tiba dan harganya pun bakal mahal. 

Sekarang ini, di wilayahnya banyak peternak yang saat ini terpaksa beralih menjadi petani kebun. 

(*)



Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved