Corona di Bali
Ide Cemerlang Dewa Patkai Jualan Terang Bulan Mini Saat Pandemi, Banyak Pembeli, Sehari Jual 500 Pcs
Dengan bermodalkan loyang seharga 150 ribu, ia mencoba peruntungan berjualan terang bulan mini
Penulis: I Nyoman Mahayasa | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Nyoman Mahayasa
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pandemi Covid-19 tak selalu berdampak buruk bagi pelaku UKM.
Salah satunya Dewa Nyoman Wisnu Adiputra atau yang kerap dipanggil Dewa Patkai (37), yang justru menemukan usaha baru di tengah ekonomi sulit saat ini.
Berawal dari sepinya orderan usaha kerajinan batok kelapa, ia memutar otak mencari ide baru berjualan.
Ia sempat berbincang dengannya istrinya dan ketemulah ide membuat terang bulan mini.
Sebelumnya ia sempat berencana menjual gorengan, namun karena sudah banyak penjual gorengan, ia mencoba membuat terang bulan mini.
Dengan bermodalkan loyang seharga 150 ribu, ia mencoba peruntungan berjualan terang bulan mini.

Ia menjual terang bulan mini buatannya di Pasar Tampaksiring, Gianyar, Bali, dan terjual habis.
Sejak saat itu ia mencoba membuat lebih banyak lagi terang bulan mini.
Awalnya Dewa Patkai hanya membuat 1 kilogram adonan, saat ini sudah bertambah menjadi 4 kilogram adonan.
Dari 4 kilogram adonan itu bisa menghasilkan 500 biji terang bulan mini, yang ia kirim setiap hari ke pasar dan sejumlah warung di Tampak Siring.
"Awalnya saya jual ini hanya untuk memenuhi kebutuhan makan, tapi ternyata peminatnya banyak juga, ke depannya astungkara ini bisa jadi pekerjaan baru saya," ucap Dewa Patkai yang merupakan penggemar motor vespa ini, Senin (18/5/2020).
Ia yang biasa bangun pukul 05.00 Wita, kini harus bangun lebih awal pukul 02.30 Wita untuk memproduksi terang bulan mini hingga pukul 05.00 pagi, dan harus sudah mengirim jajanan itu ke berbagai tempat menggunakan motor vespa kesayangannya.

Berbagai rasa ia buat untuk menarik minat pembeli, seperti cokelat, keju dan strawberry, pisang dan lainnya, sesuai permintaan pembeli.
Semenjak pandemi Covid-19, menurutnya mencari bahan sedikit susah karena banyak ibu-ibu yang mencoba membuat kue di rumah, dan harga bahan pun sedikit naik.
Namun ia selalu punya cara agar bisa mendapatkan bahan yang diinginkan dengan mebandingkan harga di tempat lain.
Ia optimis usahanya ini akan terus berjalan dan sasaran ke depannya adalah murid sekolah dan melayani event, seperti pernikahan, upacara, dan lainnya.
(*)