Toko Pernak-pernik Lebaran di Denpasar Tak Seramai Tahun Lalu, Pakaian Tak Begitu Laku
Hanya ada satu dua orang pembeli yang melakukan tawar menawar di toko, padahal saat ini sudah memasuki H-4 Lebaran.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Lebaran tahun ini terasa berbeda bila dibandingkan lebaran tahun 2019 lalu.
Hal ini dikarenakan adanya pandemi virus corona atau Covid-19.
Ini juga berdampak pada penjualan pernak-pernik Lebaran.
Seperti halnya yang terjadi di kawasan Jalan Kalimantan, Denpasar, Bali, pada Rabu (20/5/2020) siang.
Deretan toko penjual pernak-pernik lebaran terlihat lengang.
Hanya ada satu dua orang pembeli yang melakukan tawar menawar di toko, padahal saat ini sudah memasuki H-4 Lebaran.
Salah seorang penjual pernak-pernik Lebaran, Ikram Maricar mengatakan, penjualan pernak-pernik Lebaran tahun 2020 ini mengalami penurunan hingga 80 persen.
Ia mengatakan, biasanya tokonya mulai ramai seminggu sebelum puasa hingga sehari sebelum lebaran.
Namun, pada tahun ini tak seramai tahun sebelumnya.
"Pada Lebaran tahun ini, perhari rata-rata yang datang itu 20 sampai 30 orang saja. Beda dengan tahun sebelumnya sehari sampai 100 orang," katanya.
Dikarenakan sepinya pembeli, dirinya mengatakan, untuk penjaga tokonya kini dikurangi setengahnya.
Yang awalnya 5 hingga 6 orang kini hanya 2 sampai 3 orang sudah bisa melayani pembeli.
Tahun ini, yang paling laku hanya kebutuhan sehari-hari penunjang pelaksanaan puasa semisal kurma maupun obat herbal serta madu.
Sementara untuk pakaian tak begitu laku.
"Baju koko apalagi menurun drastis. Dulu selama sebulan puasa bisa jual 200 hingga 300 pcs baju koko, sekarang baru 30 sampai 50 saja. Jadi rata-rata perharinya hanya laku 1 sampai 2 baju saja," katanya.
Begitupun untuk penjualan sarung, yang dulunya bisa laku hingga 600 pcs, kini hanya bisa menjual 100 pcs saja sebulan.
"Barang yang terjual sekarang itu sangat sedikit. Barang yang keluar hanya 10 persenanlah," katanya. (*)