Berita Denpasar
Kepala SLB 2 Denpasar Bali Ngadu ke DPD RI Rai Mantra Terkait Kekurangan Guru dan Ruang Kelas
Pada tahun ajaran baru mendatang, jika belum ada ruang kelas baru, pihaknya akan menerapkan sistem shift pagi dan siang.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - SLB Negeri 2 Denpasar yang berada di Jalan Pendidikan Sidakarya Denpasar, Bali, masih kekurangan ruang kelas dan guru.
Hal itu diungkapkan Kepala SLB 2 Denpasar, Ni Wayan Rapiyanti kepada Anggota DPD RI Bali, IB Rai Dharmawijaya Mantra pada Rabu 8 Oktober 2025, saat menyerahkan beasiswa PIP kepada siswa.
Menurut Rapiyanti, saat ini pihaknya masih kekurangan 3 ruang kelas dan 5 orang guru khususnya guru kelas untuk SD.
Untuk menyiasati kekurangan ruang kelas, pihaknya pun menyekat tiga ruang kelas, sehingga menambah tiga ruang kelas.
Baca juga: Kerugian Capai Rp 300 Juta, Kebakaran Hanguskan Gedung TU SLB N 1 Karangasem
"Kami akali, satu kelas jadikan dua dengan cara disekat," paparnya.
Pada tahun ajaran baru mendatang, jika belum ada ruang kelas baru, pihaknya akan menerapkan sistem shift pagi dan siang.
Sementara terkait kekurangan guru, ia mengaku mengakali dengan menambah jumlah siswa yang diampu oleh guru.
Idealnya, satu guru mengampu 8 orang siswa untuk SMP dan 6 orang siswa untuk SD, kini 12 siswa bahkan 21 siswa diampu oleh satu guru.
"Kemarin kami dapat dua guru PPPK Matematika dan Bahasa. Memang di Bali agak sulit mencari. Karena guru di sini harus tamatan khusus, karena menangani siswa yang spesial," paparnya.
Siswa di sekolah ini mayoritas penyandang tuli, kemudian tuna grahita, tuna daksa, dan autis.
Jumlah siswa dari jenjang SD hingga SMA sebanyak 261 orang.
"Kami dalam satu kelas melebihi dari kapasitas. Kenapa bisa seperti itu? Karena tidak mungkin kami menolak siswa. Ke mana lagi mereka sekolah kalau bukan di sini," paparnya.
Terkait hal itu, Rai Mantra sangat menyayangkan hal itu terjadi.
Oleh karena itu, pihaknya akan mengawal dua rekomendasi ini untuk pemerintah pusat dan daerah.
"Di pusat kami sudah ketemu Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah saat SPMB. Untuk sekolah inklusi sarprasnya itu harus jelas, tadi ruang kelas, lift, jumlah guru," paparnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.