Corona di Bali

Agustus, Pariwisata Bali Diharapkan Sudah Buka Kembali

Melihat angka penularan di Bali sangat terkendali, kata dia, memungkinkan kerja sama tukar wisman segera dilakukan dengan Australia.

Tribun Bali/Noviana Windri
Pantai Sanur, Denpasar, Bali dipadati wisatawan, Minggu (22/12/2019) silam. Saat ini situasinya berbeda sejak ada pandemi virus corona. Pariwisata Bali diharapkan buka kembali Agustus 2020. 

Kalau semua sudah siap, tinggal tunggu kapan realisasinya dan dilakukan bertahap.

Ia menjelaskan, new normal pasca pandemi Covid-19 membuat preferensi traveler pada hotel berbintang dan mengutamakan aspek hygiene.

“Penerbangan langsung menjadi preferensi utama traveler, dengan persyaratan kesehatan perlintasan orang ke Indonesia diperketat. Preferensi pada kegiatan outdoor yang memiliki udara sejuk, self-driving, dan private tour. Untuk itu, penguatan standar kesehatan mencegah Covid-19 harus dilakukan di mana saja. Tidak seperti sebelumnya yang mengutamakan mass tourism," jelasnya.

Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, mempunyai istilah berbeda dengan new normal.

“Kalau saya menyebutnya Bali Next Normal, karena kalau new nanti ada new lainnya,” katanya.

Gus Agung, sapaan akrabnya, menyebutkan per Januari 2020 tourism growth di Bali masih surplus 11 persen.

Kemudian Februari 2020, drop 18 persen karena market China sudah ditutup.

Pada Maret 2020 drop menjadi 43 persen, karena beberapa market Eropa dan London sudah close.

“Nah April itu, virus outbreak di Bali membuat Bali benar-benar drop minus 93-95 persen,” sebutnya.

Global turis, kata dia, juga megalami penurunan 20-30 persen. Dengan loss international visitors receipt bernilai hingga 300-400 miliar dolar AS.

"Negara yang paling terdampak adalah Asia Pasifik termasuk Indonesia,” katanya.

Adapun potential loss global airline industry mencapai 113 miliar dolar AS.

Gus Agung menyebutkan, leisure dan MICE yang paling banyak loss di Bali datang dari industri wisata tirta hingga 3 miliar dolar AS Wisata air ini di bawah naungan asosiasi Gahawisri.

Total potensial kehilangan dari semua asosiasi industri pariwisata di Bali mencapai 9,1 miliar dolar AS. Selain Gahawisri, ada PHRI, BHA, Asita, Putri Bali, HPI, Pawiba, Spa and Wellness dan shops. Ia memperkirakan potensial lost leisure dan MICE dari Februari-Oktober 2020 mencapai Rp 4,96 triliun. 

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNBALI

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved