Corona di Bali

Para Pengusaha Muda Bali Berupaya Tetap Kreatif di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) menghantam seluruh sendi kehidupan di masyarakat.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
tribun bali/dwisuputra
Ilustrasi virus corona (covid-19) 

Perubahan ide bisnis berjalan lebih cepat karena tahun 2013 lalu ide bisnis bisa berjalan 2/3 tahun dan tahun 1990 ide bisnis bisa bertahan selama lima tahun.

Adanya pemikiran orang yang berbisnis berupa "amati, tiru dan modifikasi" mengakibatkan ide original bisnis tak bertahan lama.

Agar bisa survive menjalankan bisnis, Windu menyarankan agar wirausaha muda melakukan strategi 'amati, analisa dan ciptakan'.

“Seorang wirausahawan harus memiliki kemampuan adaptasi, kreatif serta siap menghadapi masalah nyata, bukan hidup dalam tataran seolah-olah. Seolah-olah punya padahal tidak, seolah-olah bisa padahal tidak mengerti persoalan,” tuturnya.

Agar tidak terkungkung dalam "sangkar" seolah-olah seperti yang disebutkan Windu, CEO Harmoni Permata, I Putu Hendika Permana mengajak kalangan wirausaha untuk berhenti (istirahat) sejenak di era pandemi Covid-19 lalu berlari lebih kencang dikemudian hari.

Ketika berhenti, lanjut pengusaha bidang IT ini, seorang wirausaha harus introspeksi diri untuk mengenali potensi diri.

Dijelaskan, banyak wirausaha di Indonesia menjalankan bisnis karena kecelakaan alias tanpa sengaja.

Mereka terjun sebagai pengusaha karena terlanjur rugi, banyak punya cicilan atau berwirausaha dengan prinsip jalan saja dulu sehingga visi sangat lemah dalam mengelola perusahaannya.

Agar visi pengelolaan usaha berjalan baik, lanjutnya, jadi wirausaha harus direncanakan.

Hendika menjelaskan, wirausaha yang terencana adalah mereka yang memiliki mentor.

“Mentor di sini bukan berarti orang, bisa belajar dari buku. Yang terpenting seorang pengusaha harus melek manajemen keuangan,” kata dia.

Owner of Voordurend Love Nyoman Primahita Gunadharma mengakui usahanya pernah kolap antara 2011 hingga 2012 karena kesalahan manajemen keuangan.

Kesalahan tersebut disulut sikap jumawanya karena brand Voordurend Love tumbuh pesat menjadi brand fashion yang disegani dalam waktu singkat.

"Hal yang menyesakkan buat saya, pernah ikut event namun tidak mampu menjual satu produk dalam satu hari. Kondisi ini menyebabkan saya merenung dan bertekad untuk bangkit,” ujarnya.

Atas pengalaman itu dirinya pun melakukan tiga langkah penting, yakni membangun manajemen baru, refresh, dan rebranding.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved