Hati-Hati, Stres pada Orangtua Bisa Sangat Melukai Anak

Ada kondisi, seperti cabin fever yang terjadi seperti tanpa jeda, hingga kewajiban merawat anak-anak sendirian sambil tetap harus memenuhi komitmen

pexels.com
Ilustrasi 

Peningkatan data tersebut mencapai 52 persen dibandingkan survei serupa tahun lalu.

Laporan tersebut mencatat, para ibu juga berisiko mengalamai ganggguan kesehatan emosi dan mental.

Data mengungkap, sebanyak 6:10 responden mengalami masalah kurang tidur, karena terlelap hanya selama enam jam atau bahkan kurang.

Mengingat kondisi tersebut, Wong mengatakan, orangtua harus lebih peka dalam memerhatikan sisi emosional ini, dan apa yang tak boleh dilakukan kepada anak.

Menggunakan Telur dan Mentega Baru Keluar dari Kulkas, 5 Penyebab Kue Bantat dan Tidak Mengembang

WIKI BALI - Langkah Membuat Video Tutorial Make Up Ala Beauty Vlogger Hits Ni Putu Chandra

Misalnya, menetapkan terlalu banyak aturan, lalu emosi menjadi terpicu ketika anak tidak mentaatinya.

Atau, terlalu mengontrol dan menggunakan metode berteriak dan memukul, serta menyalahkan anak atas kelakuan buruk. Hal-hal ini sebaiknya dihindari.

“Yang benar adalah, itu bukan kesalahan anak itu."

" Anak itu hanya menjadi anak kecil. Kita semua tahu ini, namun secara tidak sadar kita mengharapkan mereka memiliki kapasitas intelektual dan perilaku orang dewasa,” kata Wong.

Hal ini patut diperhatikan dengan baik, karena orangtua dapat menimbulkan trauma emosional yang tidak disadari, ketika mencerca anak dengan sebutan nakal atau bodoh.

"Dampak sama buruknya pun bisa muncul ketika orangtua membuat anak mereka bersalah," kata dia.

Seiring waktu, trauma tersebut menjadi tertanam dalam sistem kepercayaan anak.

Lalu, ketika suatu saat nanti mereka menjadi ibu dan ayah, mereka berpotensi mengulangi pola perilaku negatif yang mereka alami, dan itu akan menjadi lingkaran setan.

Bagaimana stres orangtua melukai anak Dr Lim menjelaskan, dalam jangka pendek, anak-anak yang terluka secara emosional memang dapat menjadi seperti semakin dekat dengan orangtua.

Sebab, ada perasaan takut akan ditinggalkan.

"Parahnya, dalam jangka panjang, jika pelecehan emosional terus berlanjut, anak bisa tumbuh dengan harga diri yang rendah, kecemasan, depresi, dan gangguan kepribadian," kata dia. Pong mengingatkan, ketika anak terlihat ulet dan dapat mengatasi kesulitan, hal ini pun seharusnya tidak menjadi alasan bagi orangtua untuk "melegalkan" pelakukan kasar terhadap mereka.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved