Lika Liku Pendidikan Ditengah Pandemi, Sekolah-sekolah di Bali Telah Siap?
Lika Liku Pendidikan Ditengah Pandemi, Sekolah-sekolah di Bali Telah Siap?
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Aloisius H Manggol
"Jadi perlu kajian yang lebih mendalam dari pemerintah agar tidak terjadinya klaster baru lewat sekolah," ucapnya.
Di samping itu, Komang memberikan masukan agar dalam kurun waktu satu bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai, pemerintah, kepala sekolah dan guru harus menyiapkan kegiatan pembelajaran daring bisa menyenangkan, asik, kreatif dan inovatif siswa tidak jenuh.
"Jika memang belum, ayo kita lakukan secara daring dan sekarang untuk bisa daring dengan baik, sekarang pemerintah bisa menyiapkan berbagai terobosan dan pembekalan kepada guru-guru bagaimana kegiatan pembelajaran daring bisa menyenangkan, asik, kreatif dan inovatif siswa tidak jenuh. Gurunya sekarang mumpung masih ada waktu satu bulan ini secara daring bisa melalui organisasi PGRI kah, atau pemerintah melalui dinas pendidikan terkait yang melaksanakan," papar dia.
Selain itu, pekerjaan rumah tidak di situ saja, proses pembelajaran secara daring tidak lepas dari sejumlah kendala baik fasilitas, sarana prasarana dan mobilitas orang tua.
Tentu dengan penguatan dari Dinas Pendidikan kepada guru-guru terhadap hal seperti itu, maka tentu akan memberikan penguatan kepada sekolah untuk melakukan proses pembelajaran seperti apa sesuai kondisi situasi yang ada di sekolah atau daerah tersebut.
"Jadi untuk kendala yang ada, pertama kan tidak semua daerah atau sekolah bisa melakukan daring karena berbagai faktor, tidak hanya sarana dari orang tua tapi juga kondisi geografis jaringan provider, di sini lah seni nya kepala sekolah dan guru - guru untuk mengkondisikan hal itu," ujar dia.
Lantas apakah perlu ada strategi home visit. Dalam hal home visit dengan kondisi yang belum memberikan suatu kepastian kesehatan memang bisa menjadi opsi di luar daring.
"Jadi selalu kita mulai secara daring, jika itu terhambat ya bisa saja kita menugaskan guru untuk home visit dengan menyiapkan protokoler kesehatan bagi guru guru yang akan home visit itu, membawa hand sanitizer, masker, sarung tangan dan sebagainya, tanpa menyebabkan timbulkan tekanan baru kepada guru maupun siswa, atau orang tua siswa," katanya.
Jika memang komunikasi bisa berjalan dengan baik tentu secara daring itu lebih bagus lagi, dan memang harus ada tindak lanjut terhadap kendala yang dialami peserta didik.
Lalu bagaimana dampak pembelajaran daring untuk kualitas pendidikan terhadap siswa. Dengan pembelajaran secara daring tentu berbeda dengan interaksi secara langsung atau tatap muka.
"Ini adalah proses yang kita harus laksanakan tetapi bukan yang kita rencanakan lebih jauh, tentu persiapannya sekarang masih ada kekurangan-kekurangannya yang harus diperhatikan agar lebih baik lagi dalam pelaksanaannya," ucap Komang.
Apakah pembelajaran daring memberikan kesempatan kepada anak bekal pendidikan dari orang tua. Komang berpendapat dalam hal pendidikan memang peran orang tua dan sekolah tidak bisa dilepaskan.
Baginya memang pembelajaran tidak harus di sekolah, tidak harus di kelas tapi dengan kondisi seperti ini juga ada perhatian dan pengawasan lebih dari orang tua, tidak boleh membiarkan anak-anak keluar rumah begitu saja tanpa protokol kesehatan. Orang tua bisa mendampingi menggali tugas anak melalui media sosial, mengkaji dari perpustakaan secara daring.
"Harus ada kerjasama dengan orang tua di rumah, peranan orang tua dengan sekolah tidak bisa lepas, rumah belajar pertama ada di rumah, rumah belajar kedua ada di sekolah, jadi peranan orang tua tetap yang pertama," pungkas dia. (*)