Kegelisahan Meningkat di Kubu Partai Republik Terkait Sikap Trump Atas Kematian George Floyd
Beberapa anggota Partai Republik khawatir seruan garis keras Trump di markasnya dapat memberi konsekuensi pada pemilihan
TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON DC - Kegelisahan meningkat di kalangan anggota Partai RepublikA terkait respons Presiden Amerika Serikat, Donald Trump atas kematian George Floyd.
Respons Trump dianggap dapat rugikan partai mayoritasnya di Senat pada pilpres AS November 2020 mendatang.
Beberapa anggota Partai Republik khawatir seruan garis keras Trump di markasnya dapat memberi konsekuensi pada pemilihan suara di negara-negara bagian utama Senat karena Partai Republik berjuang untuk mempertahankan mayoritasnya.
Kini tercatat 53 anggota Republik di Senat dan 47 Demokrat dengan jajak pendapat yang menunjukkan empat kursi untuk pemilihan melalui virtual di Arizona, Colorado, Carolina Utara dan Maine.
Mitch McConnell, pemimpin mayoritas Senat dari Partai Republik, Kentucky menyatakan memenangkan suara dari para lulusan perguruan tinggi dan ibu-ibu pinggiran kota akan menjadi kunci utama dalam mempertahankan mayoritas Senat 2020.
Dilansir The Hill, seorang senator Republik yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa satu minggu terakhir telah meningkatkan kegelisahan atas politik ras presiden Trump dan konsekuensinya pada Senat.
• 3 Zodiak Mengalami Hal Terburuk di Bulan Juni 2020: Hari Pisces Akan Berkabut, Cancer Dapat Karma!
• BREAKING NEWS: Jenazah Pilot Korban Jatuhnya Helikopter MI-17 Kapten Cpn Kadek Dimakamkan di Bali
• Sebabkan Gangguan Listrik, PLN Imbau Masyarakat Tidak Terbangkan Layangan Dekat Jaringan
Setelah protes atas kematian George Floyd berubah menjadi kekerasan di berbagai kota, Trump mendeskripsikan dirinya sebagai presiden yang menganut prinsip 'hukum dan ketertiban'.
Dia bahkan memberikan pernyataan bahwa AS telah dicengkram oleh kaum anarkis profesional, gerombolan perusuh, penjarah, pelaku pembakaran dan kriminal.
Kini pihak Republik khawatir dengan apa yang dilakukan dan diucapkan Trump akan mengasingkan para swing voter dan melukai partainya sendiri.
Teguran dan dukungan untuk Trump Mantan kepala Pentagon (menteri pertahanan) AS, James Mattis sebelumnya juga mengeluarkan teguran keras pada Trump yang melakukan foto op di depan gereja St. John sambil memegang Alkitab.
Trump dikatakannya telah menyalahgunakan wewenang eksekutif dengan melakukan foto op aneh.
Dilansir media The Atlantic, Mattis mengungkapkan, "Donald Trump adalah presiden pertama dalam hidup saya yang tidak mencoba untuk menyatukan rakyat Amerika, bahkan tidak berpura-pura mencoba. Sebaliknya, dia mencoba memecah belah kita."
Senator Lisa Murkowski dari Maine pada Kamis (4/6/2020) mengatakan bahwa dia berjuang untuk memutuskan apakah dia akan mendukung Trump kembali pada Pilpres 2020 mendatang atau mendukung kritik Mattis.
Ketika ditanya apakah dia mendukung Trump pada November mendatang, Murkowski menjawab, "Saya berjuang akan itu. Saya telah berjuang akan hal itu untuk waktu yang lama."
Dia juga menambahkan, "Dia adalah presiden kita yang terpilih. Saya akan terus bekerja dengannya... tapi saya pikir saat ini kita semua sedang berjuang menemukan cara untuk mengekspresikan kata-kata yang pantas," ujarnya pada wartawan di Capitol Hill.