Waspada, Selain Covid-19 Ada Ancaman DBD, Dalam 5 Bulan 154 Kasus di Jembrana

Dinas Kesehatan Jembrana, Minggu (7/6/2020) merilis, hingga Mei 2020 lalu, selama lima bulan, ada 154 kasus DBD di Jembrana.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Eviera Paramita Sandi
SHUTTERSTOCK
ILUSTRASI: Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab DBD 

Bahkan, di Maret pula, kasus gigitan nyamuk sampai membuat dua bocah meninggal saat dirujuk ke RSUP Sanglah.

Serangan DBD terdeteksi di hampir 12 desa/ kelurahan.

Desa pertama yakni Banyubiru 3 kasus, Kelurahan BB Agung 2 kasus, Pengambengan 6 kasus, Tegalcangkring 1 kasus, Candikusuma 2 kasus, Warnasari 2 kasus, Kelurahan Pendem 1 kasus, Desa Tuwed 1 kasus, Desa Pekutatan 2 kasus, Kaliakah 1 kasus, Baluk 1 kasus dan Kelurahan Banjar Tengah 1 kasus.

Kemudian 15 kasus data pihak Dinkes Jembrana tersebar hampir di semua kecamatan meski tidak dirinci di desa mana saja.

Untuk kasus dua orang bocah meninggal dunia ialah Rofi Rahman (9), siswa kelas III SD warga Banjar Pangkung Buluh Desa Kaliakah Kecamatan Negara.

Dan Mohammad Nazar Romadan (11), warga Banjar Baluk Satu Desa Baluk Kecamatan Negara.  

Daerah Serangan DBD
1. Desa Banyubiru
2. Kelurahan BB Agung 
3. Kelurahan Pengambengan 
4. Kelurahan Tegalcangkring 
5. Kelurahan Candikusuma 
6. Kelurahan Warnasari 
7. Kelurahan Pendem 
8. Desa Tuwed 
9. Desa Pekutatan 
10. Desa Kaliakah 
11. Desa Baluk 
12. Kelurahan Banjar Tengah

Mengenal Kembali Demam Berdarah

‘Nyamuk DBD’, dilansir dari buku Demam Berdarah (2007) karya dr. Genis Ginanjar, punya tampilan fisik unik, seperti berukuran 3-4 centimeter (belum termasuk kaki), tubuh berwarna cokelat kehitaman dengan bagian tubuh dan tungkai tertutup sisik bergaris putih keperakan.

Penyakit DBD (demam berdarah) ini hanya bisa ditularkan oleh nyamuk betina. Tidak seperti nyamuk lain yang suka hidup di genangan air kotor, nyamuk Aedes Aegypti ini bersarang dan berkembang biak di genangan air bersih seperti bak mandi, talang air, tempat minum binatang peliharaaan, tempat penampungan air, genangan air pada barang-barang bekas, hingga baki penampung air pada dispenser dan kulkas!

Dalam sekali bertelur, nyamuk betina Aedes Aegypti mampu menghasilkan rata-rata 100 butir yang nantinya akan menetas dalam waktu satu sampai dua hari, hingga akhirnya menjadi dewasa setelah 7-8 hari.

Maka dari itu, jika tak dicegah, bisa dibayangkan berapa banyak nyamuk Aedes Aegypti yang akan mengancam dan menyebabkan kita terkena penyakit DBD?

Apalagi penyakit ini bisa dibilang berbahaya dan bisa mematikan. Buktinya per tanggal 21 April 2020 saja, menurut Direktur Penyakit Tular Vektor Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, kasus DBD di Indonesia mencapai 45.266 kasus dengan angkat kematian mencapai 297 orang.

Cegah Sebelum Mengobati

Sebagai langkah pencegahan, menurut anjuran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar rumah kembali aman dari bahaya nyamuk Aedes Aegypti yang menyebabkan penyakit DBD ini.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved