Corona di Bali
Roadmap To Bali’s Next Normal, Australia Siap Segera ke Bali
Wagub Cok Ace mengatakan, tatanan baru industri pariwisata harus mengadaptasi aturan physical distancing
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Pasca Covid-19 melanda seluruh dunia, hingga Indonesia dan Bali.
Sampai saat ini dampaknya luar biasa bagi pulau Dewata, karena ditutupnya pariwisata.
Padahal pariwisata selama ini, adalah lokomotif penggerak perekonomian di Bali. Beberapa waktu lalu, kementerian bersama pemerintah dan insan pariwisata membahas ihwal roadmap to Bali’s next normal.
Beberapa negara seperti Australia nampaknya telah siap kembali plesir ke pulau Surga.
Pertemuan via aplikasi Zoom ini, menghadirkan Wamenparekraf RI, Angela Tanosoedibyo, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
• Lahan Pertanian Tidak Produktif, Pemda Bangli Berikan Bantuan Pada 301 Krama Subak Tampa Daha
• BST di Badung Belum Tepat Sasaran, Ketua Komisi IV DPRD Badung Akui Namanya Masuk sebagai Penerima
• BST di Badung Belum Tepat Sasaran, Ketua Komisi IV DPRD Badung Sebut Namanya Masuk sebagai Penerima
Ketua GIPI Bali, I.B. Agung Partha Adnyana, kemudian Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bali, Trisno Nugroho.
Duta Besar Indonesia untuk RRC & Mongolia, H.E Djauhari Oratmangun.
Duta Besar RI untuk Australia,H.E. Kristianto Legowo.
Duta Besar RI untuk Jerman, H.E. Arif Havas Oegrosono.
Serta dari maskapai yang dimoderatori CEO BaliCEB, Levie Lantu.
New atau next normal, diharapkan memberikan angin segar dan harapan baru pada sektor pariwisata Bali.
Wagub Cok Ace mengatakan, tatanan baru industri pariwisata harus mengadaptasi aturan physical distancing, dan menekankan pentingnya menuju pariwisata berkualitas.
Sementara itu, Wamenparekraf, Angela Tanosoedibyo menjelaskan, selain program percepatan pemulihan pariwisata.
“Kami di Kemenparekraf/Baparekraf tengah menyiapkan langkah-langkah restrategizing untuk sektor pariwisata pasca Covid-19 yang berkelanjutan / sustainable dan dapat meningkatkan devisa serta menciptakan lapangan pekerjaan,” tegasnya.
Langkah-langkah tersebut, tidak terbatas pada refocusing kepada quality tourism jadi retargeting kepada wisatawan yang expenditure-nya lebih tinggi dan length of stay-nya lebih panjang.
Inclusivitas, peningkatan kapasitas konektivitas, pengembangan destinasi yang fokus pada aspek CHS (Cleanliness, Health, Safety ), pengembangan destinasi yang menghormati budaya dan alam, pengembangan digitalisasi, peningkatan kualitas SDM di wilayah destinasi serta peningkatan varian produk dan daya tarik berskala internasional.
“Saat ini gaining trust menjadi kunci pemulihan. Maka dari itu untuk dapat membangkitkan kepercayaan tersebut, diperlukan panduan teknis yang mengacu pada standar global dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan untuk menjalankannya, di mana panduan teknis sedang diupayakan Kemenparekraf/ Baparekraf untuk percepatan pemulihan,” katanya. Pembahasan kian seru saat memasuki diskusi mengenai potensi pasar.
Duta Besar Australia, Kristianto Legowo menjelaskan, bahwa Australia saat ini adalah salah satu negara yang cukup berhasil menanggulangi pandemi Covid-19.
Dan kini sedang masuk tahap pemulihan, atau pelonggaran tahap 3.
“Untuk itu, protokol akan menjadi concern utama wisatawan Australia ke depannya,” imbuhnya.
"Terlebih Bali menjadi wishlist travel nomor satu bagi penduduk Australia untuk plesiran setelah pandemi,” katanya.
Mengingat banyak warga Australia yang menganggap Bali second home selama ini.
Selain itu, menyambung unsur keberlanjutan, Australia sangat memperhatikan isu lingkungan hidup.
Serta menjadikannya pertimbangan penting, yang mempengaruhi entusiasme untuk mengunjungi suatu destinasi.
Arif Havaz , Duta Besar Indonesia untuk Jerman melanjutkan diskusi dengan menjelaskan karakter pasar Jerman yang rata-rata berlibur minimal 20 hari.
Dan sangat menghargai destinasi berbasis alam serta budaya.
“Pasar Jerman juga melaksanakan kegiatan liburannya secara tematik, seperti liburan pantai atau gunung dan lainnya, serta lebih memilih mengatur perjalanannya melalui agen wisata dengan alasan asuransi,” tegasnya.
Di samping itu, minat warga Jerman untuk berlibur di Asia sangat tinggi.
Namun sayangnya tidak dibekali ketersediaan konektivitas langsung.
Untuk itu, pria yang akrab disapa Arif ini menggagas “Travel Corridor” yang menggunakan pesawat direct flight, dengan pelayanan imigrasi dalam pesawat dan wisatawan yang telah melalui Covid-19 test 2 kali.
“Sesampainya di Indonesia para wisatawan bisa langsung menuju hotel, dengan pelayanan check-in mandiri di kamar masing-masing,” tegasnya.
Ia menyatakan siap untuk berunding ke tingkat yang lebih lanjut, jika mendapatkan dukungan dan berharap national carrier Indonesia ikut berperan dalam peningkatan pariwisata berkualitas pasar Jerman.
Sebanyak 621 wisatawan Jerman per hari, menuju Indonesia.
“Ini adalah angka yang cukup signifikan,” sebutnya.
Selanjutnya Djauhari Oratmangun, Duta Besar Indonesia untuk RRC & Mongolia menjelaskan, bahwa minat wisatawan Tiongkok sangat tinggi untuk mengunjungi Indonesia.
Ia berharap Tiongkok dapat menjadi pasar utama, bagi Indonesia dengan angka 2,1 juta wisatawan pertahun di 2019.
“Selain itu Tiongkok juga merupakan pasar wedding industry yang cukup menjanjikan,” imbuhnya.
Tiongkok juga, kata dia, memiliki target pasar millennial yang sangat bagus untuk dibidik.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho menjelaskan, bahwa perkembangan ekonomi global minus 3 persen di tahun 2020 berdasarkan dari World Bank.
“Bali sendiri di kwartal 1 2020, melambat minus 1,14 persen, yang terdalam diantara 34 provinsi di Indonesia,” sebutnya.
Terkait data wisatawan, akumulasi pangsa wisnus di Bali adalah 63 persen, sedangkan pasar wisman 37 persen selama 2019.
Dengan pasar India, USA, UK, Jerman, Prancis, Korea Selatan dan Jepang yang bertumbuh naik.
“Devisa tertinggi berasal dari Australia,” sebutnya. (*)