Kapasitas Angkut 70 Persen, Begini Susunan Kursi Pesawat Garuda dan Harga Tiketnya
Sebelumnya Kementerian Perhubungan menerapkan batas angkut maksimum 50 persen.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA – Garuda Indonesia (GIAA) akan mempertahankan susunan kursi setelah diberikan keleluasaan untuk menambah kapasitas angkutan sampai dengan 70 persen dari total maksimum pesawat.
Sebelumnya Kementerian Perhubungan menerapkan batas angkut maksimum 50 persen.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini susunan kursi masih sama, yakni 3-3.
Namun, masih ada beberapa pembahasan terkait dengan penumpang yang berangkat membawa anak, apakah akan diberlakukan sosial / physical distancing atau tidak.
“Kita akan memprtahankan kursi 3-3, yang ditengahnya kosong. Tapi, kita lagi diskusikan apakah suami istri bawa anak akan duduk seberangan atau gimana akan kita bicarakan. Kalau anak kecil dipisahkan kan nanti repot,” kata Ifran dalam video konferensi, Rabu (10/6/2020).
• Ini Urutan Zodiak yang Memiliki Potensi Menjadi Psikopat, Cancer Menduduki Peringkat Teratas
• BREAKING NEWS! Satu Pasien Positif Covid-19 di Kesiman Petilan Denpasar Meninggal, Ini Riwayatnya
• 43 Pedagang Dan Karyawan di Pasar Gunung Agung di Tes Swab Setelah Pedagang Ikan Positif Covid-19
Sembari melontarkan candaan, Irfan menyabut kondisi kursi dengan sosial physical distancing memang tidak ramah bagi penumpang untuk berdekatan dari mulai berangkat hingga sampai tujuan destinasi.
“Tapi memang skema tempat duduk baru ini tidak memungkinkan bagi orang yang lagi PDKT, karena saat ini kalau berdekatan dianggap suatu kejahatan, okelah kita terima sampai nanti situasinya membaik,” candanya.
Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini orang bukan lagi memprioritaskan penerbangan murah, namun lebih kepada penerbangan yang aman dari potensi penyebaran Covid-19.
“Harga mungkin menjadi kriteria nomor 9, dan mungkin nambah Rp 150.000 untuk rapid tes (tidak masalah) yang penting saya aman. Menurut saya ke depan ini, daftar prioritas angkutan itu akan sedikit berubah, dulu kita cari yang murah, sekarang cari airline yang aman,” kata Irfan.
Irfan juga mengatakan, dengan rencana penambahan fasilitas tentunya biaya tambahan akan ada.
Namun saat ini perusahaan penerbangan dengan kode emiten GIAA sedang mencari cara agar hal ini tidak menambah biaya bagi penumpang.
“Karena kan, Anda bayar tiket, bayar biaya perjalanan ke airport, dan beli oleh-oleh dan kemudian perlu rapid tes. Bahkan di beberapa kota harus ada PCR Test. Saya sempat bilang PCR ini lebih mahal daripada tiketnya, ini yang buat orang mau terbang tapi bayar lebih mahal, jadi ntar ajalah,” ujar dia.
Irfan mengatakan, jika ada fasilitas tambahan tentunya harga harus dinaikkan. Jika tidak, maka tentunya harus ada beberapa biaya yang harus ditekan misalkan harga avtur yang diturunkan atau harga parkir.
Irfan menegaskan jika sebelumnya ada kenaikan harga, itu bersifat sementara terutama saat musim mudik.
Hal ini lantaran dengan harga tiket pesawat yang mahal, akan mengurangi minat orang untuk mudik, sehingga potensi penyebaran Covid-19 bisa ditekan.