Corona di Bali
Eksklusif Gubernur Bali, Wayan Koster: Pemprov Bali Tangani Pandemi Covid-19 dan Songsong New Normal
Penanganan Covid-19 di Bali disebut terbaik di Indonesia karena tingkat kesembuhan yang tinggi dan angka kematian yang sangat rendah.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mendapat apresiasi pemerintah pusat dalam penanganan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia.
Penanganan Covid-19 di Bali disebut terbaik di Indonesia karena tingkat kesembuhan yang tinggi dan angka kematian yang sangat rendah.
Namun akhir-akhir ini kasus Covid-19 di Bali kembali meningkat, khususnya transmisi lokal.
Bahkan jumlahnya kini sudah melampaui imported case yang awalnya mendominasi kasus positif Covid-19 di Bali.
• Persiapan Membuka Kembali Sektor Pariwisata, Menpar Cek Kesiapan Bali, Berikut yang Jadi Prioritas
• Memiliki Jiwa Sosial dan Panjang Umur, Ini Peruntungan Lahir Senin Paing Klawu
• 18.692 Petani di Badung Dibuatkan Kartu Agar Dapat Subsidi dari Pusat
Di tengah pandemi Covid-19 ini, Pemprov Bali juga sangat gencar menggelontorkan dana bantuan stimulus kepada masyarakat terdampak, mulai dari koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM); perguruan tinggi negeri dan swasta; serta sekolah swasta.
Terbaru, Pemprov Bali juga memberikan bantuan kepada seluruh bendesa, kepala desa/perbekel, lurah se-Kota Denpasar untuk penanganan kasus Covid-19.
Lalu seperti apa perkembangan dan penanganan pandemi Covid-19 di Bali?
Bagaimana Pemprov Bali menghadapi dampaknya?
Manajer Online Tribun Bali, Ida Ayu Made Sadnyari, bersama segenap manajemen berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Gubernur Bali, I Wayan Koster, di rumah jabatannya, Jaya Sabha, Denpasar, Sabtu (13/6) sore.
Berikut petikan wawancara selengkapnya.
Pak Gubernur, bisa dijelaskan perkembangan terakhir Covid-19 di Bali dan bagaimana penanganan terhadap pandemi ini?
Munculnya pasien positif Covid-19 di Bali itu sumbernya ada tiga.
Pertama adalah dari PMI atau ABK warga Bali yang bekerja di luar negeri yang jumlahnya diperkirakan mencapai 22.000 orang, dan kembali ke Bali pulang karena perusahannya tidak beroperasi lagi.
Inilah yang menjadi salah satu sumber munculnya status positif Covid-19 yang di awal itu jumlahnya cukup banyak.
Karena waktu itu kebijakannya untuk di bandara hanya dicek dengan termogan kemudian langsung dikarantina mandiri.