Sulit Bagi India Memboikot Smartphone China, Malah Bisa Merugikan Ekonomi
Boikot smartphone China sangat mudah diucapkan, tetapi bakal sulit dilakukan India
"Mereka (produsen lokal) bisa saja memiliki pabrik di India, tempat mereka bisa merakitnya di sini. Tetapi pada akhirnya, semuanya tetap milik China," ujar Doshi.
Sebagai informasi, merek ponsel pintar paling laris di pasaran India adalah Xiaomi dengan pangsa pasar sebesar 30 persen.
Artinya, 3 dari 10 orang di India adalah pengguna ponsel besutan perusahaan yang didirikan Lei Jun pada 2010 tersebut.
Penjualan Xiaomi di India terus mengalami peningkatan.
Di kuartal I 2020, penjualan Xiaomi di India masih bisa tumbuh sebesar 6 persen meski sempat tertekan pandemi virus Corona.
Xiaomi mendominasi pasar segmen kelas menengah di India lewat produk andalannya Redmi.
Di negara Bollywood ini, harga HP China keluaran Xiaomi rata-rata dibanderol seharga di bawah 20.000 rupee atau Rp 3,73 juta (kurs Rp 186).
Selain Xiaomi, ketergantungan masyarakat India pada HP China semakin terasa dengan besarnya pangsa pasar pabrikan China lainnya antara lain Vivo dengan kue pasar 17 persen, Realmi 14 persen, dan Oppo 12 persen.
Tak cuma jadi penguasa pasar segmen menengah dan menengah ke bawah, ponsel produk China juga sangat kuat di pasar smartphone segmen menengah atas.
OnePlus adalah merek dari Oppo yang menguasai 33 persen pasar smartphone premium di India.
Jumlah pengguna OnePlus hampir menyamai catatan penjualan Samsung dan Apple di posisi pertama dan kedua penguasa pasar smartphone premium di India yang harganya dibanderol di atas 30.000 rupee atau Rp 5,6 juta.
Dikutip dari India Times, penjualan ponsel China bisa dikatakan sama sekali belum terdampak ketegangan di perbatasan.
Sentimen anti-produk China hanya akan bertahan beberapa minggu saja.
Ini lantaran konsumen smartphone di India tak memiliki banyak opsi.
Memilih merek ponsel lain, sama saja harus membayar harga lebih mahal dengan kualitas yang belum tentu sebaik produk China.