Malaysia

Perseteruan Politik Mahathir Mohamad dengan Anwar Ibrahim Semakin Panas

Mahathir bereaksi keras setelah Anwar dan partai pimpinannya Partai Keadilan Rakyat (PKR) menolak proposal koalisi oposisi Pakatan

Editor: DionDBPutra
Facebook Anwar Ibrahim
Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar Ibrahim (kanan) bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di kantornya, Kamis (20/6/2019) 

TRIBUN-BALI.COM, KUALA LUMPUR – Perseteruan politik antara mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dengan Pemimpin Oposisi Anwar Ibrahim semakin panas.

Mahathir bereaksi keras setelah Anwar dan partai pimpinannya Partai Keadilan Rakyat (PKR) menolak proposal koalisi oposisi Pakatan Harapan (PH) mencalonkan Mahathir untuk ketiga kalinya sebagai orang nomor satu di negeri Jiran.

“Saya tidak akan bekerja sama lagi dengan Anwar karena dia tidak ingin bekerja sama dengan saya. Saya harus mencari opsi lain untuk menjabat kembali sebagai PM. Pastinya ada jalan lain.” ucap Dr M, panggilan akrabnya ketika diwawancarai Sin Chew Daily, Selasa (23/6/2020).

Mahathir mengkritik pedas keputusan Anwar yang menurutnya tidak tepat.

“Anwar sudah sangat lama menjadi oposisi. Sebelum saya bergabung dengan koalisinya, terbukti mereka gagal pada pemilu 2008 dan 2013. Mereka tidak dapat menang.”

“Ketika saya bergabung, Pakatan mendapat dukungan yang signifikan dari suku Melayu dan berhasil menang.”

Ramalan Zodiak Kesehatan 25 Juni 2020: Cancer Tenangkan Diri, Virgo Perhatikan Kesehatan Liver

Ini 9 Manfaat Kesehatan Minum Teh Jahe, Bisa Cegah Diabetes dan Kanker hingga Kulit Lebih Muda

5 Drama Korea Populer Dengan Pesan Menarik, Menyisipkan Pelajaran HIdup Lewat Tokoh-tokohnya

Mahathir merujuk perannya telah berhasil menggiring warga suku Melayu untuk memilih Pakatan Harapan pada pemilu 2018 lalu. Politisi yang akan berusia 95 tahun pada 10 Juli mendatang itu menegaskan Pakatan jelas memerlukan suara suku Melayu.

“Suku Melayu tidak akan memberikan suara mereka kepada partai multi-rasial, mereka hanya akan memilih partai Melayu, salah satunya melalui partai saya Bersatu.” tukas Mahathir.

Mentoknya Rencana “Kudeta” Mahathir

Ketidakharmonisan Mahathir dan Anwar tidak terlepas dari perebutan kursi calon PM Pakatan antara dua musuh bebuyutan politik itu.

Mahathir bersikukuh agar Pakatan mencalonkan dirinya untuk memuluskan upaya mengudeta pemerintahan Perikatan Nasional Perdana Menteri Muhyiddin Yassin melalui mosi tidak percaya, yang dijadwalkan ketika parlemen kembali bersidang Juli.

Suami Siti Hasmah itu bahkan berjanji akan menandatangani perjanjian hitam putih hanya menjabat sebagai 6 bulan sebelum menyerahkan kekuasaan kepada Anwar.

Dia juga akan mengangkat Anwar sebagai Deputi Perdana Menteri. Anwar berbeda pendapat.
Dia mengisyaratkan sudah waktunya Mahathir move on dan menilai dirinya sebagai calon PM yang tepat mewakili Pakatan.

Dalam wawancara dengan jurnalis Channel News Asia Melissa Goh, politisi berusia 72 tahun itu menyatakan transisi pendek akan membuat tugas PM Malaysia tak efektif.

Anwar menjelaskan ketika transisi itu diterapkan, setelah dua bulan publik akan bertanya kembali kapan Mahathir memenuhi janjinya atau apa yang terjadi kemudian.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved