Breaking News

Ngopi Santai

Sepucuk Surat buat Shin Tae-yong

Ya, sudah menjadi pengetahuan publik terutama penggemar sepak bola di tanah air bahwa ada friksi antara PSSI dengan Shin.

Penulis: DionDBPutra | Editor: Eviera Paramita Sandi
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong memberikan instruksi saat seleksi pemain Timnas Indonesia U-19 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/1/2020). Sebanyak 51 pesepak bola hadir mengikuti seleksi pemain Timnas U-19 yang kemudian akan dipilih 30 nama untuk mengikuti pemusatan latihan di Thailand. 

Bantahan juga dikeluarkan Indra Sjafri terkait tudingan sebagai penentu pemilihan pemain ketika Timnas Indonesia kalah 1-4 dari Persita Tangerang dalam laga uji coba.

"Bagaimana mungkin saya dibilang menjadi penentu, sementara saat rapat penentuan pemain saya sudah diusir keluar?" ujar Indra.

Indra Sjafri mengaku memiliki hubungan baik dengan Shin dan mendukung pelatih asal Korea Selatan tersebut

"Tapi tiba-tiba dia membuat berita yang tidak perlu dan banyak bohongnya," ungkap mantan pelatih Bali
United ini.

"Kami harus tegaskan bagaimana duduk perkara sebenarnya. Agar publik tahu lengkap dan tidak sepotong-potong. Ini soal harga diri bangsa kita diperlakukan seperti ini," kata Indra lagi.

Begitu kira-kira silang sengkarut antara PSSI dan Shin Tae-yong.

Sampai kemarin belum ada tanggapan dari Shin apakah dia akan terbang ke Jakarta pada 29 Juni 2020 atau tidak.

Tidak Menguntungkan

Silang pendapat tersebut jelas tidak menguntungkan bagi persepakbolaan nasional. Kuat kesan tidak akur. Shin Tae-yong kecewa terhadap keputusan PSSI.

Demikian sebaliknya PSSI tidak bisa menerima begitu saja pernyataan Shin.

Shin menyebut PSSI kurang transparan. Boleh jadi benar.

Sebagai pelatih profesional dari negara dengan tradisi dan prestasi sepakbola terbaik di Asia, Shin tak mungkin asal omong.

Idealnya asosiasi sepak bola itu selalu memposisikan diri sebagai regulator dan fasilitator yang menjamin terciptanya iklim kompetisi yang profesional .

Dengan begitu dapat menciptakan prestasi timmas yang setinggi-tingginya.

Kisruh yang sekarang menyembul pasti mendapat perhatian dunia dan menjadi ujian bagi PSSI di bawah kepemimpinan Mochamad Iriawan.

Maklum Indonesia sudah mendapat kepercayaan FIFA sebagai tuan rumah tunggal penyelenggaraan putaran final Piala Dunia U-20 tahun depan.

Di tengah persiapan menyambut event bergengsi tersebut, perkara demi perkara menyelimuti PSSI.

Belum lagi dampak pandemi Covid-19 yang membuat kompetisi sepak bola Indonesia mati suri.

Sampai hari ini bahkan belum ada jadwal pasti kapan liga Indonesia musim 2020 bergulir lagi.

PSSI baru sebatas menyebut bulan September atau Oktober nanti.

Tanggal 13 April 2020, publik sepak bola tanah air terkejut ketika Ratu Tisha Destria mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal PSSI.

Sebulan kemudian, tepatnya 18 Mei 2020, Cucu Somantri meninggalkan kursi CEO PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan perkara terbaru adalah perseteruan Shin Tae-yong dengan Indra Sjafri.

Bila bara api konflik tersebut tidak segera dipadamkan, dampak ikutannya sudah bisa kita tebak.

Bisa membawa implikasi sangat serius bagi sepak bola Indonesia dalam usaha mewujudkan target di Piala Dunia U-20 tahun depan serta target lain misalnya kualifikasi Piala Dunia senior serta Piala AFF.

Tahun lalu ketika memilih Shin Tae-yong sebagai pelatih kepala timnas Indonesia, PSSI mengacu pada reputasi dan prestasinya yang memang luar biasa.

Di level klub, misalnya. Shin pernah membawa Seongnam menjuarai Liga Champion Asia.

Untuk timnas, dialah pelatih yang membuat rakyat Jerman sakit hati tak terkira.

Shin Tae-yong adalah sang arsitek Korsel kala menggasak Jerman 2-0 di Piala Dunia Rusia 2018.

Masyarakat Indonesia tentu berharap Shin bisa membentuk timnas yang solid, bermain apik hingga boleh menciptakan kejutan di Piala Dunia U-20 tahun depan.

Target juara mungkin berlebihan, tapi sebagai tuan rumah setidaknya tim Garuda muda tampil sebaik mungkin. Jangan sampai kalah melulu.

Indonesia dambakan Shin lebih bersinar ketimbang pendahulunya pelatih asing seperti Alfred Riedl, Jacksen F Tiago, Luis Milla dan terakhir Simon McMenemey.

Untuk itu Shin Tae-yong butuh kepercayaan dan otoritas penuh untuk membentuk dan membina tim.

Tidak boleh ada matahari kembar.

Jauhkan dari keputusan mendadak yang tidak sejalan dengan program kerja yang telah dia canangkan.

Sesungguhnya tidak sulit berkaca pada cara asosiasi sepak bola negara lain yang lebih maju prestasinya.

Mereka lazimnya memberi otoritas penuh kepada pelatih tim nasional untuk bekerja sesuai indikator kinerja yang jelas dan terukur.

Bila kisruh sekarang berlarut-larut bahkan berujung Shin Tae-yong mundur dari kursi pelatih timnas, dampaknya sangat besar bagi Indonesia.

Menjadi preseden buruk. Kita kehabisan energi dan waktu.

Sementara Piala Dunia U-20 sudah di depan mata. Kompetisi belum bergulir.

Persiapan timnas bakal berantakan karena tidak mudah mendapatkan pelatih berkualitas.

Oleh sebab itu PSSI harus mempertemukan Shin Tae-yong dan Indra Sjafri.

Mereka perlu segera menyelesaikan masalah ini dengan sikap profesional, jiwa besar dan kerendahan hati.

Kepentingan sepak bola nasional harus di atas segalanya.

Semoga drama di panggung sepak bola Indonesia ini berakhir indah buat semua. (dion db putra)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved